Kini, Indonesia sedang bersiap diri menyambut era elektrifikasi kendaraan bermotor. Polusi udara yang semakin buruk memaksa negeri ini harus berbenah. Penggunaan kendaraan listrik setidaknya dianggap bisa membantu mengurangi polusi udara.
Beberapa pihak sudah menyatakan siap menawarkan kendaraan listrik, terutama roda dua. Mulai dari motor listrik yang dikembangkan dari nol oleh anak-anak Indonesia, sampai motor listrik pabrikan Jepang sudah dikeluarkan, meski sejauh ini belum semua dijual massal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Prediksi Motor Baru yang Meluncur 2019 (I) |
Di Indonesia, satu pabrikan yang sudah aktif menawarkan motor listrik adalah Viar. Produsen motor yang berbasis di Semarang, Jawa Tengah, itu kini menawarkan skuter listrik Q1. Viar Q1 mematahkan isu legalitas motor listrik di jalan raya Indonesia. Karena skuter listrik yang dikembangkan Viar bersama Bosch itu sudah dilengkapi dengan STNK.
Soal motor listrik, masyarakat di Asmat, Papua, malah sudah terbiasa menggunakannya. Bahkan hampir 100 persen motor di sana adalah motor listrik. Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berkunjung ke Agats, Papua, pun menunggangi motor listrik.
"99 persen kendaraan di sini ramah lingkungan karena menggunakan motor listrik," ujar Asisten III Setda Kabupaten Asmat, Syamsul Agas seperti detikOto kutip dari detikFinance.
Menurut Syamsul, listrik di Asmat tak hanya untuk penerangan, tapi juga pengisian motor listrik. Bahkan, dia mengklaim, Asmat adalah satu-satunya Kabupaten di Indonesia yang warganya memakai motor listrik.
"Jumlah kenderaan roda dua (motor) yang ada di Kabupaten Asmat sebanyak 1.920 unit, semua pakai listrik," tambahnya.
Soal infrastruktur pengisian baterai bukan lagi masalah. PLN menyediakan lokasi pengisian listrik di kota Agats, Papua. SPLU ini dapat mengisi listrik sepeda motor hanya dengan uang Rp 5.000. Pemilik kendaraan bisa membeli pulsa listrik dengan harga Rp 5.000 kemudian melakukan pengisian di SPLU yang telah tersedia.
Tak cuma di Papua, charging station untuk kendaraan listrik disiapkan di beberapa titik. PLN dan Pertamina, misalnya, menawarkan infrastruktur untuk mengisi ulang baterai kendaraan listrik. Pengguna kendaraan listrik akan dimudahkan ketika baterainya sudah mau habis saat masih dalam perjalanan.
Mengisi baterai motor listrik memang menghabiskan waktu. Pengisian ulang baterai biasanya membutuhkan waktu berjam-jam. Tapi kini, bukan masalah besar juga untuk pengisian ulang baterai motor listrik. PT Gesits Technologies Indo (GTI), yang memastikan motor listrik nasional Gesits meluncur awal 2019, punya solusi masalah pengisian baterai motor listrik. Solusinya dengan battery swap, yaitu menukar baterai yang sudah habis dengan baterai yang baru. Pengisian ulang baterai motor listrik semudah menukar gas elpiji untuk kompor atau air minum kemasan galon.
Fasilitas battery swap itu juga sudah tersedia di SPBU Pertamina di Kuningan, Jakarta Selatan. Pemilik motor listrik yang baterainya sudah habis tinggal datang ke fasilitas itu, melepas baterai lama dan menukarnya dengan baterai baru yang sudah terisi penuh.
Keuntungan dari motor listrik tak perlu diragukan lagi. Rendah emisi sudah pasti karena motor listrik tidak mengeluarkan polusi udara seperti kendaraan bermesin bakar. Biaya operasional motor listrik juga lebih murah. Faktanya, motor listrik tidak perlu perawatan rutin seperti kendaraan bermesin bakar yang harus ganti oli saban sekian kilometer atau sekian bulan.
Fakta lain, tarif mengisi tenaga listrik ke motor elektrik lebih murah ketimbang mengisi bensin Pertamax cs untuk kendaraan bermesin bakar. Di artikel berjudul "Modal Rp 8.250 Naik Motor Listrik Bisa Touring Jakarta-Sukabumi" detikOto sudah mencoba menghitung seberapa irit pemakaian motor listrik. Penghitungan berdasarkan kemampuan motor listrik menjangkau jarak tertentu (sesuai klaim produsen) dan tarif listrik untuk SPLU milik PLN yang ditetapkan sebesar Rp 1.650 per kWh.
Motor listrik Gesits misalnya dibekali baterai lithium ion berkapasitas 5 kWh. Dengan kapasitas baterai 5 kWh motor listrik Gesits sanggup menjelajah jarak 80-100 km. Artinya kalau dikalikan dengan tarif pengecasan di SPLU milik PLN (5 kWh x Rp 1.650) hanya butuh Rp 8.250 motor bisa menjelajah jarak serupa.
Contoh lain Viar Q1. Dibekali baterai lithium ion berkapasitas 2 kWh dengan tenaga 800 watt, daya jelajah Viar Q1 diklaim bisa menempuh jarak 60 km. Dengan begitu, sekali ngecas motor Viar Q1 hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 3.300 (2 kWh x Rp 1.650) dan Anda bisa berjalan-jalan dari Jakarta hingga Bogor.
Meski punya segudang kelebihan, banyak yang masih sangsi untuk menggunakan motor listrik. Masalah yang dikhawatirkan dari kendaraan listrik adalah limbah baterai. Namun, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, pada Oktober 2018 mengatakan baterai yang sudah drop nantinya bisa digunakan kembali sebagai tempat penyimpanan listrik.
Baca juga: Baterai Bekas Motor Listrik Masih Laku |
Baterai drop ini menurut Putu bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Misalnya, untuk menyimpan listrik yang dihasilkan panel surya.
Setelah itu, limbah baterai nantinya akan tetap di-recycle. Kata Putu, ada beberapa perusahaan yang sudah berminat melakukan (recycle baterai) meski saat ini belum bisa dilihat karena memang industri kendaraan listriknya belum jalan. "Kami juga usahakan agar pengolahan limbah baterai ini mendapatkan insentif," ucap Putu.
Senada, Viar mengklaim bahwa urusan limbah baterai telah dipikirkan sehingga tidak akan memperburuk lingkungan. Baterai bekas motor listrik Viar, kata Marketing Communication PT Triangle Motorindo (Viar) Franky Osmond, bisa dialokasikan untuk penyimpanan energi panel surya.
Corporate Manager PT Triangle Motorindo, Agen Pemegang merek (APM) Viar Motor, Deden Gunawan, mengatakan bahwa baterai yang sudah pensiun sebenarnya tidak mati secara total. Namun karena penggunaan usia pakai, voltase dan performanya turun. Untuk mengelola limbah baterai, kata Deden, nantinya akan tetap di-reuse atau recycle. Terlebih Viar rencananya akan menjalin kerja sama dengan perusahaan Eropa untuk mengatasi persoalan limbah baterai.
"Ada beberapa perusahaan, sampai ada solar panel kan dia pakai baterai. Nah (limbah) baterai kita sejelek-jeleknya itu buat mereka masih aman. Biasanya buat lampu-lampu jalan. Mereka membeli, minta volume, tapi saya bilang kami masih baru," kata Deden.
Masalah lain lagi adalah kekhawatiran penggunaan motor listrik di tengah hujan atau jalan yang tergenang air. Namun, setiap pabrikan motor listrik pasti sudah memperhitungkan hal itu. Karenanya, komponen yang tidak tahan air pasti dilindungi sehingga tidak akan terkena cipratan atau genangan air.
Baca juga: Motor Listrik Bisa Terobos Banjir dan Hujan |
Ongko, salah satu anggota Komunitas Sepeda Motor Listrik (Kosmik), berbagi pengalaman soal kekhawatiran itu. Kata Ongko, yang menggunakan Viar Q1, gerimis, hujan, bahkan hujan deras tak jadi masalah untuk motor listrik.
Perwakilan pihak Bosch mengatakan kalau posisi ECU masih lebih tinggi dari air berarti aman. ECU, kata dia, sebenarnya sudah tahan air. "Karena sudah menggunakan IP 5 dan 6, di mana generasi selanjutnya akan lebih di tingkatkan water protectionnya, tapi jangan sampai terendam juga karena lebih berisiko," ucap Marketing dan Product Management Bosch Jan Steppat.
Masalah-masalah seputar motor listrik sudah terjawab. Produk motor listrik pun siap. Beberapa nama seperti Viar Q1, Gesits, hingga Honda PCX Electric bakal lebih banyak lagi menghiasi jalanan Indonesia. Jadi, sudah saatnya era motor listrik dimulai. (rgr/ddn)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!