Bebin menyangsikan apakah cara pembebasan pajak mobil baru tersebut bisa mengubah kondisi.
"Kenapa saya katakan demikian, karena yang tipe kendaraan medium low, atau yang low class, ini kan justru yang marketnya sangat lemah, yang daya belinya sedang turun, jadi penjualannya mati suri. Yang masih bergerak walaupun sangat lambat itu yang medium up, mereka masih punya daya beli, istilahnya masih ada duitnya," kata Bebin saat dihubungi detikcom, Kamis (24/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, pasar mobil menengah ke atas yang masih bisa bertahan saat ini tidak terlalu besar sumbangan penjualannya. Pasar otomotif di Indonesia, menurut Bebin, masih didominasi di segmen mobil Rp 200 juta ke bawah. Pembeli mobil di bawah Rp 200 juta itulah yang terdampak pandemi.
"Kalaupun ada yang diluluskan permohonan keringanan pajak (mobil baru jadi nol persen), juga tidak akan besar (peningkatan) volume (penjualan mobil)-nya. Tapi kalau dikatakan apakah tidak membantu? Ya membantu, tapi tidak akan besar," sebut Bebin.
"Karena toh yang akan terbantu ini middle up, bukan yang low class product. Karena yang low class ini kan bagian yang paling terdampak oleh pandemi ini. Yang masuk (kerja) hanya mungkin 2 minggu sebulan, yang pendapatannya dipotong ini dan itu, karena work from home segala macam," sambungnya.
Harusnya Mobil Niaga yang Dapat Relaksasi Pajak
Simak Video "Video: Helm Hilang di Parkiran? Ternyata Pengelola Harus Tanggung Jawab!"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?