Penyedia Energi Ferrari-Lamborghini Kepincut, Apa Saja Komponen di Nikuba?

Penyedia Energi Ferrari-Lamborghini Kepincut, Apa Saja Komponen di Nikuba?

Tim detikcom - detikOto
Rabu, 05 Jul 2023 12:14 WIB
Nikuba, alat pengonversi air menjadi bahan bakar
Nikuba Foto: Ony Syahroni/detikJabar
Jakarta -

Nikuba, alat yang diklaim bisa mengubah air jadi bahan bakar buatan Aryanto Misel, warga Cirebon, disebut bakal kerja sama dengan perusahaan Italia. Sebenarnya apa saja komponen yang ada di dalam Nikuba?

Kehadiran Nikuba masih menjadi pro kontra di kalangan ahli. Meski begitu, Nikuba diklaim sudah menandatangani perjanjian kerja sama dengan perusahaan penyedia sumber energi buat Ferrari dan Lamborghini.

"Perjanjian kerja sama dengan perusahaan penyedia sumber energi bagi Ferrari dan Lamborghini," kata Kepala Penerangan Kodam III Siliwangi, Kolonel Inf Adhe Hansen, seperti dikutip dari detikNews, Selasa (4/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presentasi ke pihak pabrikan otomotif sudah dilakukan pada 18 Juni lalu di Milan. Aryanto Misel bakal pulang ke Indonesia pada Rabu (5/7) ini.

Nikuba diklaim dapat mengubah air menjadi energi mesin pembakaran dalam Internal Combustion Engine (ICE) di kendaraan. Aryanto Misel pernah menjelaskan Nikuba buatannya memiliki fungsi memisahkan antara Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2) yang terkandung dalam Air (H2O) melalui proses elektrolisis.

ADVERTISEMENT

"Nikuba ini memiliki fungsi memisahkan antara hidrogen (H2) dan oksigen (O2) yang terkandung di dalam air (H2O). Hidrogen yang telah terpisah kemudian dialirkan ke dalam ruang pembakaran dari mesin kendaraan bermotor," ujar Aryanto Misel.

Aryanto mengatakan perlu waktu lima tahun untuk meriset Nikuba, - singkatan dari niku banyu atau itu air dalam bahasa Jawa.

Menurut Aryanto, alat pengonversi air menjadi hidrogen yang diberi nama Nikuba ini terdiri dari beberapa komponen. Antara lain yakni tabung, filter, selang, kipas pendingin, dan juga dry cell.

Tabung yang ada di Nikuba difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan air. Sementara dry cell berfungsi untuk mengelektrolisis air yang sudah dicampur dengan katalis untuk menjadi hidrogen.

Kemudian, filternya sendiri berfungsi sebagai pengontrol. Dari filter tersebut, air yang sudah dielektrolisis menjadi Hidrogen kemudian dialirkan melalui selang menuju ke ruang pembakaran mesin kendaraan. Adapun kipas yang ada Nikuba berfungsi sebagai pendingin.

"Sebenarnya komponen-komponennya sederhana. Ada semua di pasaran. Tapi itu ada hitung-hitungannya tersendiri," kata Aryanto dikutip dari detikJabar beberapa waktu yang lalu.

Aryanto mengatakan ada zat aditif yang berfungsi sebagai katalis. Formula itu, lanjut Aryanto, yang disebut sebagai resep rahasia perusahaan.

"Untuk proses menghasilkan hidrogen, tetap dibutuhkan katalis. Dan katalis yang saya gunakan ini, buatan saya sendiri, hasil jerih payah saya untuk menemukan katalis yang tidak ada di pasaran," kata Aryanto.

Aryanto Misel menjelaskan cara kerja dari Nikuba buatannya. Menurut Aryanto, Nikuba memiliki fungsi untuk memisahkan antara Oksigen (O2) dan Hidrogen (H2) yang terkandung di dalam Air (H2O) melalui proses elektrolisis.

Hidrogen yang telah dihasilkan kemudian dialirkan ke ruang pembakaran mesin kendaraan sebagai bahan bakar. Sementara oksigennya akan kembali dielektrolisis menjadi Hidrogen dan dialirkan lagi ke ruang pembakaran mesin. Begitu seterusnya.

Namun, kata Aryanto, air yang bisa digunakan adalah air yang sudah tidak memiliki kandungan logam berat.

Selama perjalanan menciptakan Nikuba dan menemukan katalis tersebut, Aryanto mengaku telah mengorbankan tiga unit sepeda motor yang dijadikan sebagai bahan uji coba.

"Kalau uang mungkin sudah habis ratusan juta selama lima tahun menciptakan Nikuba ini. Termasuk tiga unit motor yang terbakar," kata Aryanto.

(halaman selanjutnya: pendapat para ahli)

Simak juga Video: Nikuba, Alat yang Diklaim Mampu Ubah Air Jadi Bahan Bakar

[Gambas:Video 20detik]




Ahli Konversi Energi dari Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri, buka suara soal Nikuba. Dia menjelaskan teknologi pengubah air menjadi hidrogen untuk bahan bakar kendaraan bermotor sejatinya merupakan teknologi lama.

"Itu (teknologi) sudah lama banget. Coba lihat saja di (situs jual beli) Tokopedia, tulis 'Joko Energy', keluar semua alatnya itu. Jadi yang ngembangin udah banyak. Termasuk (tutorialnya) di Youtube, juga udah banyak banget," kata pria yang akrab disapa Yus.

Yus mengungkapkan teknologi seperti itu sudah dikembangkan sejak 1960-an, karena sudah banyak orang yang mengenal konsep elektrolisa air. Sekadar diketahui, elektrolisa air merupakan penguraian senyawa air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hidrogen (H2) dengan menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut.

"Dan sebetulnya kalau dibilang (teknologi ini) menggantikan bensin, ya nggak juga. Karena nggak bisa, nggak akan cukup," katanya.

Di sisi lain, salah satu yang diperdebatkan ialah sumber energi Nikuba. Pasalnya jika hanya mengandalkan aki banyak pihak menduga kendaraan yang memakai Nikuba bisa bikin aki cepat tekor.

Menurut Yus, energi diperlukan untuk elektrolisa air sehingga menjadi H2 dan O2 itu lebih besar daripada energi diperoleh jika H2 itu dibakar dalam mesin. "Sehingga akinya bakal tekor. Mungkin bisa saja sih (alat itu digunakan), tapi kalau pakai yang seperti itu ya nggak akan cukup. Mungkin hanya bisa untuk idle (langsam) saja ya dan itu cuma sebentar," ujar Yus.

Dia menjelaskan untuk bisa menggunakan air sebagai bahan bakar pengganti tidak hanya dibutuhkan aki, tapi tetap membutuhkan bensin. Jika memakai air saja untuk proses ini, hal itu tidak akan cukup.

"Lama-lama aki bisa tekor karena secara keseimbangan energi tidak cukup. Lebih besar untuk memproduksi daripada yang berguna. Jadi tak hanya butuh aki, tapi juga tetap butuh bensin," ucap Yus menegaskan.

Peneliti ahli madya Pusat Riset Material Maju Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Deni Shidqi Khaerudini, menanggapi Nikuba. Masyarakat perlu skeptis atau bersikap kritis terhadap kemunculan Nikuba atau alat sejenis.

"Tentu saja karya inovasi apa pun perlu didukung. Tapi, sekali lagi, lebih baik dan bijak untuk menghindari over-claim," kata Deni Shidqi Khaerudini, kepada detikcom belum lama ini.

Jadi masih butuh listrik untuk memisah hidrogen dan oksigen dalam H2O. Listriknya bisa dari aki atau sumber daya lainnya.

"Masalahnya, elektrolisis ini prosesnya memakan banyak sekali listrik," kata Deni.

Dia menjelaskan, electrolyzer (alat elektrolisis) dengan efisiensi 100 persen membutuhkan 39,4 kWh listrik untuk menghasilkan 1 kg hidrogen. Aki motor memiliki kapasitas penyimpanan listrik sekitar 60 Wh. Padahal efisiensi 100 persen dari electrolyzer adalah hal yang mustahil. Namun, bila diasumsikan efisiensi 100 persen, motor konversi electrolyzer cuma mampu menghasilkan energi sebesar 0,216 MJ (megajoule) atau 0,06 kWh sebelum baterainya habis. Bandingkan hasil energi yang dihasilkan sebesar 0,06 kWh dengan hasil energi yang dibutuhkan sebesar 39,4 kWh.

Bila pakai bensin dengan kapasitas tangki 3,7 liter, energi yang dihasilkan bisa 585 kali lebih besar ketimbang memakai elektrolisis air tadi.

"Elektrolisis hidrogen adalah proses superboros energi dan tidak dapat menjadi alternatif lebih baik daripada bensin untuk sepeda motor. Atau jodoh H2 sendiri memang bukan untuk mesin bakar (ICE), tapi harus menggunakan konversi lain, yaitu fuel cell dan motor listrik," kata Deni.


Hide Ads