Nikuba, alat buatan Aryanto Misel itu disebut bisa mengonversi air menjadi hidrogen dan dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor. Nikuba disebut sudah dipamerkan ke Italia.
Berikut fakta-fakta dari Nikuba buatan warga Lemahabang Wetan, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Aryanto Misel.
Nikuba merupakan singkatan
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inovasi alat pengubah air jadi bahan bakar buatan Aryanto Misel (67), warga Lemahabang Wetan, Cirebon, Jawa Barat dipamerkan di Italia. Alat bernama Nikuba, akronim dari Niku Banyu atau berarti air itu disebut unjuk gigi di depan brand otomotif Eropa.
Cara kerja Nikuba
Aryanto Misel mengatakan Nikuba buatannya memiliki fungsi memisahkan antara Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2) yang terkandung dalam Air (H2O) melalui proses elektrolisis.
Hidrogen yang telah dihasilkan kemudian dialirkan ke ruang pembakaran kendaraan bermotor sebagai bahan bakar. Sementara Oksigennya akan kembali dielektrolisis menjadi Hidrogen dan dialirkan lagi ke ruang pembakaran kendaraan bermotor.
Hanya saja, kata Aryanto, Air yang bisa dikonversi menjadi Hidrogen untuk bahan bakar kendaraan bermotor melalui alat Nikuba adalah air yang sudah tidak memiliki kandungan logam berat.
Dibutuhkan Waktu Lima Tahun Ciptakan Nikuba
Dikutip dari detikJabar, Aryanto Misel membagi pengalamannya dalam menciptakan alat yang ia beri nama Nikuba. Menurut Aryanto, ia membutuhkan waktu hingga lima tahun untuk menciptakan alat tersebut.
Selain itu, Aryanto juga mengaku telah mengeluarkan modal yang tidak sedikit selama melakukan riset dalam menciptakan alat buatannya.
"Dalam jangka lima tahun saat melakukan riset, kurang lebih saya sudah menghabiskan dua unit motor," kata Aryanto.
Dibanderol Rp 4,5 Juta Per 1 Unit
Aryanto menyebut, untuk sekitar 1 Liter air yang dikonversi menjadi Hidrogen melalui Nikuba buatannya, mampu membuat kendaraan bisa menempuh perjalanan dari Cirebon hingga Semarang, pulang pergi.
Menurut Aryanto, saat ini ia masih mengurus hak paten untuk alat penemuannya itu. Untuk 1 unit Nikuba, Aryanto membanderolnya dengan harga Rp 4,5 juta.
Nikuba dipasang di Kendaraan Dinas Milik TNI
Nikuba diketahui sudah dipasang di 31 unit kendaraan dinas milik TNI. 30 unit dipasang di kendaraan dinas milik TNI dari Kodam III/Siliwangi, sementara satu unit lagi dipasang di kendaraan dinas milik anggota TNI dari Koramil Lemahabang, Serda Muhammad Sutami.
Serda Muhammad Sutami merupakan anggota TNI dari Koramil Lemahabang yang bertugas sebagai Babinsa di Desa Wilulang, Kecamatan Susukan Lebak, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Serda Sutami pun menceritakan pengalamannya selama menggunakan alat buatan Aryanto Misel. Selama sekitar empat hari menggunakan Nikuba untuk kendaraan dinasnya, Serda Sutami mengaku hanya membutuhkan kurang dari setengah liter air.
Dalam hal ini, TNI mendorong kepada Aryanto Misel agar bisa terus mengembangkan alat buatannya hingga benar-benar dapat dipastikan aman, efisien dan teruji ketahanannya.
Komentar para ahli tentang Nikuba
Peneliti ahli madya Pusat Riset Material Maju Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Deni Shidqi Khaerudini, menanggapi Nikuba. Masyarakat perlu skeptis atau bersikap kritis terhadap kemunculan Nikuba atau alat sejenis.
"Tentu saja karya inovasi apa pun perlu didukung. Tapi, sekali lagi, lebih baik dan bijak untuk menghindari over-claim," kata Deni Shidqi Khaerudini, membagikan perspektifnya kepada detikcom, Jumat (13/5/2022).
Jadi masih butuh listrik untuk memisah hidrogen dan oksigen dalam H2O. Listriknya bisa dari aki atau sumber daya lainnya.
"Masalahnya, elektrolisis ini prosesnya memakan banyak sekali listrik," kata Deni.
Dia menjelaskan, electrolyzer (alat elektrolisis) dengan efisiensi 100 persen membutuhkan 39,4 kWh listrik untuk menghasilkan 1 kg hidrogen. Aki motor memiliki kapasitas penyimpanan listrik sekitar 60 Wh. Padahal efisiensi 100 persen dari electrolyzer adalah hal yang mustahil. Namun, bila diasumsikan efisiensi 100 persen, motor konversi electrolyzer cuma mampu menghasilkan energi sebesar 0,216 MJ (megajoule) atau 0,06 kWh sebelum baterainya habis. Bandingkan hasil energi yang dihasilkan sebesar 0,06 kWh dengan hasil energi yang dibutuhkan sebesar 39,4 kWh.
Bila pakai bensin dengan kapasitas tangki 3,7 liter, energi yang dihasilkan bisa 585 kali lebih besar ketimbang memakai elektrolisis air tadi.
"Elektrolisis hidrogen adalah proses superboros energi dan tidak dapat menjadi alternatif lebih baik daripada bensin untuk sepeda motor. Atau jodoh H2 sendiri memang bukan untuk mesin bakar (ICE), tapi harus menggunakan konversi lain, yaitu fuel cell dan motor listrik," kata Deni.
Nikuba Semacam Suplemen untuk BBM?
Sebelumnya, profesor riset BRIN Eniya Listiani Dewi sempat menjelaskan bahwa alat Nikuba itu sebetulnya tidak menggantikan BBM, melainkan sekadar sebagai 'suplemen' BBM.
"Itu adalah HHO atau brown-gas yang digunakan untuk pembakaran, bukan pengganti BBM ya, tapi bisa untuk efisiensi BBM sekitar 3-20 persen," kata Eniya Listiani Dewi Profesor Riset BRIN saat dihubungi detikJabar, Senin (9/5).
Nikuba pamer di Italia
Dalam keterangan resminya, TNI Angkatan Darat menyebut Nikuba mendapatkan atensi dari salah satu pabrikan otomotif di Eropa. Mulanya brand tersebut survei langsung ke Cirebon,
Tindak lanjut dari kunjungan tersebut, Nikuba mendapat kesempatan untuk dipresentasikan pada beberapa pabrikan otomotif Italia dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2023 di Milan, Italia. Tidak disebutkan brand Italia apa saja yang menyaksikan kerja Nikuba, namun ada beberapa produsen ternama negeri Pizza tersebut seperti Ferrari, Lamborghini, Aprilia dan Ducati.
Pangdam III Siliwingai, Mayjen Kunto Arief Wibowo bersama Aryanto sudah menyiapkan Tim yang terdiri dari Sumardi Dadang dan Immanuel Hutapea untuk memenuhi undangan tersebut. Tim diberangkatkan pada Jumat (16/6/2023) dari Jakarta menuju Milan.
Mayjen TNI Kunto mengatakan bahwa di tengah situasi yang ada, inovasi tersebut merupakan sebuah peluang untuk mengembangkan teknologi yang tidak ada hentinya dan akan terus berkembang. Berbagai peluang terhadap sumber energi baru, sekecil apapun mesti terus dikembangkan.
"Tiba saatnya Nikuba sebagai alternatif solutif akan mencoba terbang untuk dipresentasikan pada dunia. Meski memerlukan proses, namun ide, tindakan, komitmen dan keyakinan terhadap Nikuba sebagai alternatif energi terbarukan dapat menjadi peluang di masa yang akan datang," tutur Mayjen Kunto dalam keterangan resminya dikutip Senin (3/7).
(riar/dry)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah