Fabio Quartararo masih memimpin puncak klasemen MotoGP 2022 dari 11 seri yang sudah digelar. Meski begitu, posisi rider asal Prancis itu belumlah aman karena selisih poinnya tak begitu jauh dari Aleix Espargaro. Quartararo santai saja dengan kondisi tersebut dan tertekan dengannya.
Saat ini Quartararo mengemas 172 poin dan Espargaro menguntitnya di posisi dua dengan 151 poin, selisih keduanya cuma 21 poin. Jarak tersebut bisa dipangkas atau bahkan dilewati jika pada MotoGP Inggris nanti Espargaro berhasil juara dan Quartararo gagal mendapatkan poin.
Dikutip dari laman Speedweek, pebalap Monster Energy Yamaha itu menanggapi dengan santai situasi yang terjadi saat ini. Sang juara bertahan MotoGP musim lalu itu menganggap tekanan sebagai sebuah hal biasa di kancah balap motor kasta tertinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sudah lama tidak merasakan tekanan. Saya memenangkan Kejuaraan Dunia tahun lalu, saya menikmatinya dan Yamaha tidak menekan saya. Saya juga tidak menempatkan diri saya di bawah tekanan. Saya merasa itu tidak perlu," bilang pebalap berjuluk El Diablo tersebut.
![]() |
"Tentu saja, ada saat-saat yang lebih menegangkan, (yaitu) sebelum balapan atau kualifikasi. Tapi saya tak akan menyebutnya sebagai tekanan, itu hanya situasi yang menegangkan, terutama tepat sebelum start dan kualifikasi. Tapi tekanan adalah sesuatu yang saya hadapi dengan cukup baik tahun ini," sambung pebalap yang baru saja memperpanjang kontraknya dengan Yamaha hingga 2024 itu.
Dengan MotoGP 2022 yang masih menyisakan sembilan seri, peluang juara dunia memang masih terbuka bagi bagi siapapun. Bahkan Ducati pun juga punya peluang untuk juara musim ini. Tercatat tiga pebalap mereka masuk tiga besar, Johann Zarco (Pramac Racing) punya 114 poin, Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo) mengoleksi 106 poin, dan Enea Bastianini (Gresini Racing) mengemas 105 poin.
(lua/din)
Komentar Terbanyak
Parkir Kendaraan di Jakarta Bakal Dibikin Mahal!
Banyak Beredar di Jalan Raya, Emang Boleh Motor Tak Pakai Pelat Belakang?
Penjualan Mobil di Indonesia Stagnan: Pajak Kelewat Mahal!