Membalap dalam kondisi trek basah meningkatkan risiko kecelakaan rider MotoGP. Apalagi kalau memaksakan pakai ban slick. Brad Binder nekat melakukan itu, dan malah akhirnya bisa menjuarai MotoGP Austria.
Ketika lintasan balap menjadi lembab, atau bahkan basah total, seluruh pebalap MotoGP mengalami peningkatan risiko crash. Karena itulah di banyak kesempatan flag to flag race, nyaris seluruh rider memutuskan masuk pit dan mengganti motor dengan ban basah.
Mengganti ban basah atau bertahan dengan ban slick adalah soal pilihan, bagian dari strategi balap yang disepakati rider dengan tim. Apalagi jika hujan tidak turun merata di seluruh lintasan. Rider harus mengkalkulasi apakah sebaiknya bertahan dengan ban slick dengan risiko grip berkurang, atau berganti ban basah.
Biasanya Marc Marquez sangat menguasai kondisi seperti ini, yang malam tadi terjadi di MotoGP Austria. Tapi semalam hujan justru jadi musuhnya: dia terjatuh dua lap sebelum finis setelah memutuskan mengganti ban basah.
Adalah Brad Binder yang malam tadi perjudiannya berhasil dengan gemilang. Saat hujan deras mulai turun pada lima lap terakhir, dia memutuskan bertahan di atas lintasan. Termasuk ketika kondisi makin genting di tiga lap pamungkas. Saat lima rider terdepan masuk pit mengganti ban, Binder dengan segala kenekatan dan perhitungannya memilih bertahan di trek.
![]() |
Ban Basah dan Ban Kering MotoGP
Ban motor MotoGP punya spesifikasi yang begitu detil sehingga dalam berbagai situasi terdapat pilihan ban yang bisa disesuaikan untuk membantu meningkatkan performa pebalap.
Ban basah tentu saja menjadi sangat krusial untuk dipakai dalam wet race. Umumnya Michelin menyiapkan dua jenis ban basah untuk setiap balapan. Pertama ban basah dengan kompon lebih keras yang digunakan untuk kondisi temperatur tinggi. Sementara kompon yang lebih lunak digunakan pada temperatur yang lebih rendah.
Dalam keadaan normal (trek kering), motor MotoGP akan memakai ban 'botak'. Ban tanpa alur ini mampu memaksimalkan traksi dan mengoptimalkan pengendalian motor serta pengereman. Namun karena tidak memiliki alur, penggunaan ban slick pada trek basah bisa menyebabkan motor mengalami aquaplaning.
Sementara ban basah MotoGP memiliki alur. Alur-alur ini berfungsi untuk mengalirkan air, yang pada akhirnya menambah grip ban ke trek yang tengah dalam kondisi basah.
Dikutip dari Redbull.com, ban basah Michelin mampu mengalirkan air sebanyak 4 liter per detik ketika motor melaju dalam kecepatan 300 km/jam.
Bukan itu saja. Michelin juga menyiapkan ban sedemikian rupa yang disesuaikan dengan karakter sirkuit. Untuk balapan di MotoGP Austria, misalnya. Karena race digelar dengan putaran searah jarum jam, makan sisi kanan setiap ban dibuat lebih tebal.
![]() |
"Ban depan simetris, sementara ban belakang asimetris. Pada sirkuit clockwise, seperti Red Bull Ring, sisi kanan ban belakang dibuat lebih keras dibanding sisi kiri," terang Manajer motorsport Michelin, Piero Taramasso.
Temperatur juga punya pengaruh besar terkait grip dan pemilihan ban. Ban basah MotoGP bisa bekerja secara maksimal jika berada di suhu 75 derajat (ban depan) dan 90 derajat (ban belakang). Untuk ban basah, tekanannya anginnya pun lebih tinggi dibanding ban slick.
(din/din)
Komentar Terbanyak
Mobil Esemka Digugat, PT SMK Tolak Pabrik Diperiksa
Syarat Perpanjang SIM 2025, Wajib Sertakan Ini Sekarang
7 Mobil-motor Wapres Gibran yang Lapor Punya Harta Rp 25 Miliar