Pemerintah baru saja mengumumkan insentif untuk sektor otomotif tahun depan. Tahun 2025, setidaknya ada empat daftar subsidi untuk kendaraan ramah lingkungan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan, pihaknya telah menganggarkan Rp 11,4 triliun untuk subsidi otomotif tahun depan, utamanya kendaraan-kendaraan ramah lingkungan. Nominal tersebut diharapkan bisa meningkatkan penjualan produk yang melemah tahun ini.
"Untuk (sektor) otomotif ini selain membantu dari sisi permintaan masyarakat maupun industrinya, kami memberikan insentif dengan nilai Rp 11,4 triliun," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers Paket Stimulus Ekonomi untuk Kesejahteraan, Senin (16/12) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara umum, ada empat daftar subsidi untuk kendaraan ramah lingkungan tahun depan. Pertama PPN DTP kendaraan listrik. Kendaraan listrik tertentu mendapat insentif PPN ditanggung pemerintah seperti tahun ini.
Lalu ada PPnBM DTP kendaraan listrik sebesar 15 persen atas impor KBLBB roda empat tertentu secara utuh (completely built up/CBU) dan penyerahan KBLBB roda empat tertentu yang berasal dari produksi dalam negeri (completely knock down/CKD).
Kemudian bebas bea masuk untuk kendaraan listrik, sesuai program yang sudah berjalan.
Yang terbaru, kendaraan hybrid akhirnya mendapat 'subsidi' dari pemerintah berupa PPnBM DTP dengan potongan tiga persen. Sebelumnya, menurut PP 74 tahun 2021, tarif PPNBM untuk mobil hybrid 6 persen. Itu tandanya, dengan relaksasi tersebut, maka tarif PPnBM mobil hybrid di Indonesia menjadi 3 persen.
BYD sebagai pemain kendaraan ramah lingkungan di Indonesia menanggapi insentif pajak tersebut. Head of PR and Government Relation PT BYD Motor Indonesia Luther Panjaitan mengatakan, BYD memandang rencana insentif pajak untuk mobil listrik dan hybrid pada 2025 sebagai langkah positif dari pemerintah untuk mendukung adopsi kendaraan ramah lingkungan di Indonesia.
"Sebagai pemain utama dalam industri New Energy Vehicle (EV & PHEV) global, kami siap mengeksplorasi semua kemungkinan termasuk juga memperkenalkan line-up Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) di pasar Indonesia," ujar Luther kepada detikOto, Rabu (18/12/2024).
"Namun saat ini kami masih terus memantau perkembangan kebijakan dan dinamika pasar untuk memastikan bahwa langkah kami optimal dan sejalan dengan tujuan pemerintah dalam mendukung transisi ke teknologi kendaraan yang lebih bersih dan efisien," ujarnya.
(rgr/dry)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP