Andai Diskon PPnBM Mobil Ada Lagi, Cuma Menguntungkan Orang Kaya?

Andai Diskon PPnBM Mobil Ada Lagi, Cuma Menguntungkan Orang Kaya?

Ridwan Arifin - detikOto
Jumat, 12 Jul 2024 15:34 WIB
Pameran otomotif selalu diramaikan oleh sales promotion girl (SPG). Tak terkecuali di IIMS 2018, para wanita cantik itu juga memanaskan pameran yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta.
Ilustrasi pameran mobil. Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Penjualan mobil baru semester pertama di Indonesia sedang mengalami tren negatif. Insentif fiskal berupa diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dipercaya jadi cara singkat untuk menggairahkan pasar lagi.

Melalui insentif PPnBM, konsumsi kelompok berpendapatan menengah dan berpendapatan atas bisa terdongkrak. Berdasarkan kajian dari LPEM UI, penyebab tren negatif penjualan mobil di Indonesia dipengaruhi penurunan daya beli masyarakat. Di sisi lain, harga mobil naik tapi tidak diiringi dengan pendapatan per kapita yang memadai.

Solusi jangka pendek, menurut Peneliti Senior LPEM UI Riyanto, pemerintah perlu memberi stimulus fiskal agar kelompok upper middle yang hampir masuk kategori makmur saat ini, dapat membeli mobil baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan data yang dipaparkan Riyanto, ada sekitar 18,8 juta rumah tangga yang masuk kelas pengeluaran upper midde di Indonesia. Kelas ini memiliki maksimum pengeluaran rumah tangga Rp 7.426.275.

"Kalau mau meningkatkan upper middle 18 juta rumah tangga, ambil 10 persen itu berarti 1,8 juta, kalau berhasil diberi stimulus, pendapatannya naik, ataupun stimulus. Dia mungkin sudah hampir beli mobil, tapi nunggu nih, harga mobil turun dikit, itu kalau bisa dikasih stimulus dalam perekonomian, kelompok yang 18 juta ini sebagian akan membeli mobil baru," kata Riyanto.

ADVERTISEMENT

Untuk itu diperlukan lagi paket kebijakan fiskal dari pemerintah, misalnya seperti PPnBM ditanggung pemerintah seperti era pandemi silam.

"Sudah sangat proven pemberian insentif fiskal mampu meningkatkan penjualan," kata Riyanto.

Di satu sisi, penghilangan sumber pendapatan pemerintah dari PPnBM tentu akan menurunkan pendapatan. Tetapi bisa jadi hal ini akan terkompensasi oleh adanya peningkatan permintaan serta peningkatan produksi dari industri manufaktur.

Dia mengatakan isu diskon PPnBM hanya menguntungkan orang kaya saja kurang tepat. Kebijakan khusus untuk menstimulus industri otomotif, bisa berdampak pada kelas menengah dan pekerja.

"Sekarang isunya, kalau memberikan insentif fiskal, ini kan mungkin dipakai orang kaya. Itu isu yang sering berkembang," buka dia.

"Jangan salah, industri mobil itu, komponen lokalnya, terutama yang LCGC itu sudah 80 persen. Itu jejaring supply chain daripada industri mobil kita sudah sampai UMKM," imbuhnya.

Menurut Riyanto, saat kelesuan sektor otomotif tidak didukung dengan langkah tepat bisa berpotensi mengganggu ekonomi masyarakat luas.

"Jadi sebenarnya, stimulus itu juga bermanfaat terutama UMKM, mereka mempekerjakan pekerja yang, membutuhkan kenaikan income, jadi sama-sama masyarakat kita juga," sambung dia.

"Sebenarnya yang menikmati ini konsumen bukan produsen. Stimulus harga ini dibebankan ke konsumen, sehingga kalau diberikan stimulus, jadi lebih ringan," tambah Riyanto.

Riyanto juga menambahkan produsen mesti punya strategi untuk menekan biaya produksi.

"Di satu sisi juga dari sisi produsen, masih bisa efisiensi biaya produksinya. Makanya sebenarnya kalau bisa, implikasinya memberikan diskon," kata dia.




(riar/dry)

Hide Ads