Belum lama ini viral pernyataan seorang pengemudi bus yang mengatakan 'lebih baik hilang satu nyawa di mobil kecil daripada hilang nyawa satu bus'. Pernyataan ini pun menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Bagaimana dengan sikap KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi)?
Sebelumnya video pernyataan pengemudi bus itu dibagikan melalui Instagram resmi anggota Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni, yakni @ahmadsahroni88. Dalam video itu, terjadi perdebatan antara driver bus dengan seorang perempuan yang merupakan pengendara lain. Diduga perdebatan ini terjadi usai ada yang membahayakan di jalan.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menjelaskan, setiap pengemudi bus memiliki namanya diskresi atau pengambilan keputusan terhadap situasi yang sedang dihadapi. Dengan diskresi tersebut, pengemudi bus akan memilih risiko yang paling kecil, ketimbang harus mengorbankan nyawa penumpang bus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi seperti pilot, itu punya namanya diskresi, polisi juga punya hak untuk diskresi, keputusan apa yang terbaik bagi dia. Jadi ketika dalam kondisi darurat, dia itu harus memutuskan. Memang (prinsip pengemudi bus itu) kelihatannya hal yang kejam ya. Tapi dia harus memilih. Kalau dia memilih, pilihan mana yang dia akan ambil, pastinya risiko yang paling kecil. Contohnya seperti pilot (dalam kondisi darurat) harus mendaratkan di darat atau di air. Dia tahu risiko, pilihannya kalau ada air mungkin bakal lebih selamat di air. Tapi kalau pilihannya mendarat di darat, untuk mengurangi (jumlah korban) itu, mungkin pilot akan mendaratkannya di sawah, agar lebih aman," kata Soerjanto ditemui di karoseri Laksana, Ungaran, Kabupaten Semarang (6/7/2023).
Soerjanto juga menjelaskan bahwa pengemudi bus harus dituntut berpikir cepat ketika menghadapi situasi krisis, dan pengemudi bus yang berpengalaman akan memilih risiko yang paling kecil.
"(Situasinya) sama seperti di sopir (bus). Misalnya dia dalam posisi kalau ke kiri masuk ke jurang, itu korbannya bisa puluhan orang. Tapi kalau ke kanan dia nabrak warung atau mobil kecil, atau mungkin juga nabrak sepeda motor, itu risikonya jauh lebih sedikit (dari sisi jumlah korban). Itu pengetahuan yang harus dimiliki pengemudi. Orang yang bisa berpikir seperti itu artinya terlatih, nggak semua orang bisa melakukan hal itu. Selalu pengemudi itu akan melihat mana korban yang paling kecil, karena pengemudi juga harus dituntut berpikir cepat dalam kondisi seperti itu," jelas Soerjanto.
(lua/dry)
Komentar Terbanyak
Ini Dampak Buruk Andai Tarif Ojol Naik 8-15 Persen di Indonesia
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Ternyata Gegara Ini Insinyur India Bikin Tikungan Flyover 90 Derajat