"Di arus balik kemarin, (one way) bukannya mengurai kemacetan, melainkan hanya memindahkan kemacetan ke titik depan," ujar Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia, Kurnia Lesani Adnan, saat kepada detikcom, Rabu (12/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengalaman kemarin saya terjebak kemacetan di Banyumanik (Semarang) kemudian dibuka one way hingga ke Kalikangkung, itu memang benar mengurai macet. Tapi di ujung, kendaraan menumpuk," terangnya.
Pengalaman detikcom saat mengikuti arus balik pada hari Minggu (10/6/2019), mengonfirmasi pernyataan tersebut. Saat melintasi GT Pejagan Brebes hingga GT Palimanan Cirebon, arus lalu lintas memang cukup lancar. Namun setelah melewati GT Cikampek di km 70, kendaraan mulai menumpuk dan menimbulkan kemacetan panjang. Bahkan dari Cikampek ke Bekasi, dibutuhkan waktu 4 jam.
Menurut Sani, sistem jalur searah saja belum cukup mengatasi kemacetan lalu lintas di periode puncak arus balik. Sani merekomendasikan supaya pengelola tol juga menutup pintu tol ketika arus kendaraan dalam tol sudah mencapai kapasitas puncaknya. Jadi pengguna jalan yang ingin masuk tol, lebih baik diarahkan ke jalan non tol.
"Untuk antisipasi, seharusnya pintu tol ditutup jika arus sudah padat. Jadi misalkan di GT Banyumanik ada peningkatan, GT Ungaran ditahan dulu. Mundur lagi ke GT Bawen, GT Bawen ke Salatiga, GT Salatiga ke GT Kartasura, mundur lagi GT Colomadu, harusnya ini yang dilakukan. Yang kemarin itu cuma mindahin macet ke titik depan," terang Sani.
"Meski demikian, kami tetap berterima kasih kepada pemerintah. Karena sistem one way tidak diberlakukan full dedicated 24 jam selama tanggal 30 Mei sampai 2 Juni sesuai rencana. Itu kita terima kasih," pungkasnya. (lua/lth)
Komentar Terbanyak
Mobil Esemka Digugat, PT SMK Tolak Pabrik Diperiksa
7 Mobil-motor Wapres Gibran yang Lapor Punya Harta Rp 25 Miliar
Cerita di Balik Polisi Kawal Mobil Pribadi Diprotes Pemobil Lain