Pelajaran dari Cekcok Konvoi Komunitas Avanza dengan Pengendara Fortuner

Pelajaran dari Cekcok Konvoi Komunitas Avanza dengan Pengendara Fortuner

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Selasa, 12 Des 2023 07:12 WIB
Really angry driver behind the steering wheel cannot keep his calmness
Ilustrasi Road Rage atau Cekcok di Jalan Raya (Foto: Getty Images/iStockphoto/didesign021)
Jakarta -

Viral cekcok antara anggota komunitas Avanza-Xenia dengan pengendara Toyota Fortuner. Berdasarkan kronologinya, adu mulut itu dipicu oleh salah satu pengendara yang ingin menyalip.

Video viral ini diunggah oleh akun Instagram raniaasrimaydha yang kemudian diunggah ulang di beberapa akun media sosial. Wakil Ketua Avanza Xenia Club Indonesia (AXCI) Petrus Yoediarto membenarkan bahwa pengendara Avanza yang terlibat cekcok adalah anggota AXCI Chapter Bandung Raya.

"AXCI mohon maaf kepada masyarakat Indonesia yang terganggu dengan video yang beredar untuk kejadian hari Minggu tanggal 10 Desember 2023 di sekitaran Padaherang, Pangandaran," kata Petrus dalam keterangan tertulisnya kepada detikOto, Senin (11/12/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Petrus, kejadian bermula ketika mobil paling depan pada konvoi dua kendaraan menyalip Fortuner. Tak berapa lama, mobil kedua ikut menyalip. Namun, pengendara Fortuner tidak memberikan jalan untuk Avanza menyalip.

"Setiap mobil kedua ini berusaha nyalip Fortuner selalu dihalang-halangi bahkan pemilik Fortuner sempat membuka kaca sambil mengepalkan tangan dan memaki-maki," jelas Petrus.

ADVERTISEMENT

"Saat jalan kosong mobil kedua berhasil menyalip mobil Fortuner sambil berhenti dan menghampiri untuk menanyakan maksud pengendara Fortuner terus menghalangi.
Tapi pengendara Fortuner ini langsung menanggapi dengan tensi tinggi akhirnya terjadi perdebatan dan dilerai oleh member lain dan masyarakat sekitar," sambungnya.

Belajar dari kasus ini, seharusnya cekcok di jalan tidak perlu terjadi. Menurut praktisi keselamatan berkendara yang juga founder dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, cekcok semacam ini bisa dihindari jika pengendara saling berempati.

"Sebenarnya yang harus dipahami oleh semua pengguna jalan raya, jalan raya itu adalah sebuah ruang publik yang pergerakan yang terjadi menimbulkan massa, menimbulkan momentum sehingga kalau terjadi benturan itu bisa terjadi kecelakaan. Dan itu bisa fatal. Bisa aja kalau dari satu kendaraan dan kendaraan lain ada penumpang, korbannya banyak. Sehingga masyarakat pun harus mencoba berempati. Bahwasanya perilaku yang tidak terkontrol itu akan bisa menyebabkan kecelakaan," kata Jusri kepada detikOto, Senin (11/12/2023).

Jusri mengatakan, pengguna kendaraan bermotor seharusnya lebih berhati-hati, walaupun sedang konvoi berkelompok. Sebab, aturan dalam penggunaan jalan raya sudah jelas.

"Di jalan raya ada yang namanya aturan-aturan menjaga kenyamanan dan keselamatan, yaitu Undang-Undang No. 22 Tahun 2009. Di sana sangat ketat. Tidak ada prioritas pengguna jalan kecuali tujuh kelompok. Perilaku pengguna jalan yang bersikap arogan, anarkis itu harus dihindari. Ingat walaupun Anda oknum Anda pun tidak punya fasilitas kalau tidak menjadi kriteria dari kelompok tujuh prioritas tadi. Bahkan oknum pemerintah katakan TNI atau Polri nggak punya hak kalau mereka tidak masuk kriteria tujuh kelompok tadi, apalagi masyarakat sipil seperti kejadian kemarin itu," ucapnya.

Adapun tujuh kelompok pengguna jalan prioritas yang dimaksud Jusri sesuai Pasal 134 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas;
2. Ambulans yang mengangkut orang sakit;
3. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada Kecelakaan Lalu Lintas;
4. Kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia;
5. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjadi tamu negara;
6. Iring-iringan pengantar jenazah; dan
7. konvoi dan/atau Kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Di sisi lain, cekcok di jalan raya bisa dihindari andai pengendara saling mengalah. Tanpa melihat siapa yang salah atau benar dan demi menghindari kecelakaan, pengendara bisa mengalah dan mempersilakan kendaraan lain untuk menyalip.

"Kalau kita berada di jalan raya, dan kita menggunakan kendaraan bermotor,maka objek motor ini adalah disebut objek yang bergerak.Ketika objek bergerak ini berbenturan dengan objek statik, apalagi objek bergerak yang lain,itu akan merusak.Itu akan merugikan.Itu akan mencederai dan mematikan.Jadi, pakai logika Anda. Sebaiknya Anda mengalah.Kalau ada tingkah arogansi atau perilaku-perilaku arogansi eksklusif,minta ini itu, ya kita ngalah aja. Beda satu menit ya, satu detik kali.Daripada konsekuensi kerugian yang terjadi pada kita,tanpa mempertimbangkan ini salah dia atau ini salah saya," jelas Jusri.

Kalau perlu, jika melihat konvoi pengendara yang arogan viralkan saja. Biarkan petugas yang berwenang yang menilai salah atau benar.

"Nah, kalau begitu ya diviralkan yang paling bagus.Biar petugas yang melakukan penegakan hukum. Karena itu bukan domain kita.Domain kita adalah sampai di tujuan dengan selamat.Bukan kalau kita bertindak seperti polisi atau bertindak sebagai hakim,mengatakan dia benar dan lain-lain," bebernya.




(rgr/din)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads