Kecelakaan maut di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, menewaskan sembilan orang penumpang dan pengemudi mobil Avanza. Kecelakaan maut itu melibatkan Avanza dan sebuah bus.
Menurut keterangan ayah kandung korban Fahrul dan Arjita, Rahmadi, mobil Avanza itu ditumpangi sembilan orang, termasuk sopir. Kesembilan penghuni Avanza ini meninggal dunia.
"Orang ini ada temannya nikah di Siantar, jadi orang ini berkunjung ke sana. Anak-anak remaja masjid ini ke sana. Jadi perginya hari Sabtu, jadi orang itu pulang hari Minggu (malam Senin)," kata ayah kandung korban Fahrul dan Arjita, Rahmadi, kepada wartawan di rumahnya, Senin (22/2).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rahmadi menyebutkan, saat berangkat dari Medan, rombongan di dalam mobil Avanza berjumlah 7 orang. Lalu, saat balik, bertambah 2 orang hingga totalnya 9 orang, di mana laki-laki 3 orang dan perempuan 6 orang.
Kondisi ini mendapat sorotan dari sisi keselamatan berkendara. Bahwa berkendara melebihi muatan sangat berbahaya. Untuk diketahui, mobil MPV seperti Toyota Avanza memiliki kapasitas maksimal tujuh orang, termasuk sopir. Jika dimuat lebih dari itu, maka akan overload dan mengancam bahaya.
"Harus diingat ketika mengemudi salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah kemampuan pengemudi dalam melihat potensi bahaya. Yaitu menjaga keseimbangan kendaraan ketika berjalan. Overload adalah kondisi di mana beban kendaraan berlebih yang pasti mengganggu keseimbangan kendaraan. Ini tidak mudah karena si pengemudi harus sensitif," kata Praktisi keselamatan berkendara yang juga Senior Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, kepada detikcom, Selasa (23/2/2021).
Menurut Sony, keseimbangan kendaraan ada empat, yakni roll, pitch, bounce, dan yaw yang pasti akan aktif selama kendaraan bergerak. Tugas pengemudi adalah menekan gejala tersebut semaksimal mungkin.
"Roll itu keseimbangan kendaraan yang bergerak ke sisi samping, bahasanya oleng. Pitch keseimbangan yang bergerak ke depan atau belakang seperti akselerasi dan deselerasi. Bounce naik turun kendaraan secara bersamaan. Yaw itu understeer atau oversteer," jelas Sony. Ketika kendaraan overload, maka keempat hal keseimbangan kendaraan itu akan berpengaruh.
Kembali soal risiko overload, Sony menegaskan bahwa kendaraan sudah didesain kemampuannya terhadap daya angkut sesuai dengan spesifikasi pabrikan. Saat kendaraan dipaksa memuat beban berlebih, yang terjadi adalah kerja suspensi semakin berat. "Dan ketika kendaraan berjalan akan oleng," kata Sony.
"Jumlah penumpang yang ada di dalam kabin harus sesuai dengan jumlah safety belt yang berfungsi. Sehingga sudah terbatas secara keamanan," sambungnya.
Sementara itu, menurut Dirlantas Polda Sumut Kombes Valentino Alfa Tatareda, kecelakaan maut tersebut diduga akibat mobil Avanza mengalami pecah ban. Sementara itu dari arah berlawanan melaju bus.
"Update terakhir dari tim Ditlantas dengan Kasat Lantas, diduga mobil Avanza mengalami pecah ban lalu oleng ke kanan. Bersamaan datang bus CV Intra dari arah berlawanan lalu terjadi laka (kecelakaan)," kata Valentino.
Sony menambahkan, risiko mobil overload adalah ban pecah. Sebab, jika beban muatan mobil semakin berat, yang menanggung adalah ban.
"Ban adalah bagian dari suspensi, ketika bebannya overload maka kerjanya semakin berat. Kalau bebannya sudah melebihi batas toleransi, kemungkinannya pecah," kata Sony.
Makanya, Sony menyarankan agar pengemudi tidak memaksakan membawa beban mobil berlebih dengan alasan apa pun. "Tidak dianjurkan untuk overload sekalipun dengan asumsi jarak dekat atau kecepatan yang rendah," pungkas Sony.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah