2019, Penjualan Kendaraan Bermotor Diprediksi Naik

2019, Penjualan Kendaraan Bermotor Diprediksi Naik

Rizki Pratama - detikOto
Jumat, 08 Feb 2019 10:41 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Beberapa tahun belakangan industri otomotif Indonesia sedang dalam masa subur, penjualan kendaraan bermotor terus meningkat. Tak terkecuali pada tahun ini peningkatan akan terus terjadi seperti yang diprediksi oleh salah satu perusahaan pembiayaan, Adira Finance.

Dikarenakan kebanyakan konsumen Indonesia membeli kendaraan dengan kredit secara tidak langsung tentu akan meningkatkan konsumen perusahaan pembiayaan. Pertimbangan tersebut dilihat oleh Adira Finance dari tren pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen setiap tahunnya.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penjualan kendaraan tetap saya pikir akan meningkat karena pertumbuhan ekonomi setiap tahun di atas 5%. Jadi saya yakin pertumbuhan penjualan kendaraan juga akan meningkat. Kalau Adira sendiri juga ingin meningkat daripada market. Tentunya caranya kompetisi lebih bagus sehingga bisa dapat lebih banyak konsumen," ujar Direktur Utama Adira Financez Hafid Hadeli usai peluncuran program Hari Cicilan Nasional pada Kamis (7/1/2019) di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Tahun 2018 sendiri Adira Finance mengatakan 98% persen pembiayaan mereka berasal dari otomotif dengan total pembiayaan Rp 38,2 triliun. Angka tersebut naik 17 persen dibanding tahun 2017.



"98% kontribusi otomotif (sisanya) cuma 2% yang elektronik. Tahun kemarin pembiayaan kita itu 38,2 triliun, itu naik 17% dibandingin tahun 2017," ungkap Hafid.

Dari 98% pembiayaan kendaraan tersebut, kendaraan roda dua lebih banyak daripada roda empat dengan persentasi 56% persen berbanding 44%.

Meskipun mengalami pertumbuhan 17% pada tahun 2018, Adira Finance sendiri hanya menargetkan pertumbuhan 10 persen pada tahun 2019. "Nggak terlalu beda jauh paling bergeser hanya beberapa persen di beberapa portofolio otomotif. Saya pikir target minimal 10% itu cukup konservatif lah," jelas Hafid.

Tahun ini Hafid mengatakan tantangan perusahaan pembiayaannya adalah suku bunga yang lebih tinggi. "Tahun ini suku bunga lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Itu pasti mempengaruhi kemampuan orang untuk membayar cicilan pinjaman. Karena bunga BI aja naik 1,5% dibandingkan dengan awal tahun 2018," pungkasnya. (rip/rgr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads