"Pada batch pertama kita kerja sama dengan UGM, UI, dan ITB. Tanggal 7 Agustus itu baru bisa didapatkan hasil kajian dalam bentuk entrance report. Kami gunakan itu sebagai dasar di dalam penyusunannya. Di awal bulan November akan didiskusikan terkait hasil final untuk tahap pertama," ujar Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, ditemui detikOto di kantornya, di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Jum'at (19/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aspek pertama user convenient namanya, akan melaporkan hasil bagaimana rasa berkendara mobilnya. Di tempat macet, di tempat tinggi seperti apa. Lalu perbandingan kendaraan konvensional (ICE), teknologi hybrid dan plug-in hybrid. Ini dikaji secara komperehensif oleh mereka, termasuk juga bagaimana dia proses charge di rumah," terang Putu.
Lanjut ke aspek kedua, technical characteristic, akan dijelaskan bagaimana kinerja electric vehicle itu sendiri. "Bagaimana fuel efisiensinya, bagaimana kinerja motor listrik saat macet. Aspek lain yang juga dibahas adalah social impact dan industry. Dan aspek keempat, baru dilihat perbandingan terkait dengan regulasi dan kebijakan. Misal elastisitanya, kalau (kendaraan listrik) seperti ini, nanti pasarnya seperti apa," pungkas Putu.
Kementerian Perindustrian sendiri pada 4 Juli 2018 lalu telah menggandeng Toyota Indonesia dan enam perguruan tinggi negeri untuk melakukan riset dan studi bersama secara komprehensif tentang pentahapan teknologi electrified vehicle di dalam negeri.
Langkah tersebut bertujuan memberi masukan bagi pemerintah untuk menerapkan kebijakan pengembangan kendaraan listrik, sehingga target 20 persen untuk produksi kendaraan emisi rendah emisi karbon (low carbon emission vehicle/LCEV) tahun 2025 dapat tercapai.
Pada kerja sama ini, Toyota mengeluarkan 12 mobil LCEV. Di antaranya 6 unit Toyota Prius Hybrid dan 6 Toyota Prius Plug-in Hybrid. Mereka juga mengeluarkan 6 Toyota Corolla bermesin bensin sebagai komparasi, data logger, charger, dan lainnya.
Pada tahap pertama, peneliti dari UI, ITB, UGM menggunakan 12 unit kendaraan listrik dan enam unit kendaraan konvensional yang disediakan oleh Toyota Indonesia.
Kendaraan ini untuk dipelajari mengenai aspek teknikal seperti jarak tempuh, emisi, infrastruktur, dan kenyamanan pelanggan melalui pelacakan data dalam penggunaan sehari-hari mobil-mobil tersebut di tiga kota besar Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta selama periode tiga bulan.
Tonton juga 'Review BMW X5 xDrive40e M Sport: SAV Bermotor Elektrik':
(rgr/lth)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah