Kabar duka datang dari industri otomotif Indonesia. Presiden Komisaris Indomobil Sukses Internasional Soebronto Laras meninggal dunia pada Rabu, 20 September 2023. Soebronto Laras adalah salah satu tokoh penting bagi Suzuki Indonesia karena turut melahirkan mobil niaga legendaris Suzuki Carry.
Dikutip dari laman resmi Indomobil, Soebronto Laras lahir pada 1943. Ia bergabung dengan Grup lndomobil sejak tahun 1976 sebagai Presiden Direktur lndomobil Utama. Kemudian pada tahun 1982 ditunjuk sebagai Direktur Utama Perseroan dan pada bulan Juni 2002 ditunjuk sebagai Komisaris Utama Perseroan.
Darah otomotif sudah ada dalam diri Soebronto Laras sejak kecil. Soebronto merupakan anak salah satu tokoh otomotif Indonesia R. Moerdono. Moerdono pernah kerja di perusahaan jual beli mobil, NV Velodrome, bersama tokoh otomotif Indonesia lainnya, Marifoel dan Hasjim Ning.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soebronto Laras punya latar pendidikan Sarjana Teknik Mesin dari Paisley College di Skotlandia pada 1969. Dia juga meraih gelar Diploma of Business Administration dari Hendon College di London pada tahun 1972.
![]() |
Dalam buku Soebronto Laras: Meretas Dunia Automotif Indonesia yang ditulis Nina Pane, Ramadhan KH, dkk, Soebronto menjelaskan awal kiprah Indomobil Group, yang membawa merek Suzuki ke Indonesia.
Fokus awal perusahaan Indomobil adalah menjual sepeda motor lebih dahulu. Pada 1980-an, dalam rangka memasarkan produk sepeda motor Suzuki, perusahaan kerap mengadakan balap motorcross di beberapa daerah.
Memasarkan sepeda motor di luar merek Honda bukan hal mudah. Soebronto Laras mengaku bahwa penjualan motor di Indonesia sangat didominasi Honda sebagai raja kendaraan roda dua 4-tak kala itu. Sementara untuk pasar 2-tak, Suzuki harus berbagi kue dengan Yamaha, Kawasaki, juga Vespa.
Setelah penjualan motor berjalan, maka terpikir untuk menjual mobil di pasaran Indonesia. Meski saingannya adalah Mitsubishi dan Toyota sangat sulit dilawan, Soebronto kemudian tidak patah arang. Indomobil Group pun mencoba mencari celah dengan memproduksi mobil niaga Suzuki Carry ST20 (truntung) secara CKD.
Baca juga: Nggak Ada Carry Nggak Ada Angkot |
![]() |
"Pada 1978 awal, terjadi panen cengkeh di Manado. Ketika merek lain sibuk di Jakarta dan di Jawa, dan mereka tidak memikirkan daerah, saya langsung masuk ke Sulawesi Utara," aku Soebronto (2005:110).
Dalam sebuah wawancara pada tahun 2019, Soebronto tak malu-malu mengakui bahwa Manado sebagai kota kelahiran Carry. Di kota ini Suzuki Carry membuktikan sebagai mobil yang tangguh melewati berbagai medan ekstrem.
"Cikal bakal lahirnya Carry itu di Kota Manado, mungkin kalian nggak tahu semua. Namanya ST20 mesin 2 tak. Di Jawa nggak laku, pas panen cengkeh di Manado langsung dibeli petani Sulut (Sulawesi Utara), jadi jago angkutan cengkeh, waktu itu naik gunung nggak ada mogoknya, bisa angkut sampai 1 ton," ujar Soebronto kala itu.
"Jadi kalau ke Manado, Suzuki truntung (istilah untuk Carry lama) masih ada semua, nggak ada matinya tuh, bayangkan sudah 40 tahun saya terpukau lihat kehebatan Suzuki Carry," sambungnya.
Suzuki saat kelahiran Carry, menurut Soebronto tidak memiliki pabrik yang besar di Jepang. Aslinya Carry menggunakan mesin 400 cc (ST10) 2-tak. Namun Suzuki Indonesia kemudian meminta mesin yang lebih besar 550 cc, sehingga jadilah ST20 yang kita kenal.
"Jadi waktu kami diperlihatkan produk itu saya katakan ini terlampau kecil buat kita. Mimpi saya yang lebih besar, lahirlah ST20 kita ciptakan hanya di Indonesia. ST 20 2-tak juga tapi 3 silinder. Musuhnya kita waktu itu 1.000 cc Mitsubishi, Mitsubishi waktu itu yang mulai dengan pikap," ujarnya.
Awalnya Suzuki juga kebingungan saat ingin menjual Carry. "Karena nggak gampang juga ngejualnya. Suzuki kan rata-rata kenal produknya sepeda motor. Waktu bilang pikap mereka bilang wah susah jualnya pak. Tahu-tahu saya baca koran, Sulut Kota Manado mendadak panen cengkeh, petaninya kaya raya, cengkeh yang tadinya impor dibuat lokal sehingga pabrik rokok beli cengkeh dari Manado, bawa lah saya ke sana, karena kayanya orang Manado punya perkebunan cengkeh, lemari es banyak ke Manado padahal saat itu listrik belum masuk, jadi lemari es itu buat gaya saja jadi yang penting di rumah gue ada lemari es nggak kalah sama Jakarta tapi akhirnya jadi lemari pakaian, hehehe, itu cerita hebatnya petani cengkeh menikmati keberhasilan di Indonesia," ujar Soebronto.
![]() |
Suzuki awalnya hanya membawa 10 unit Carry ke Manado, tapi berkat kemampuan mobil mengangkut muatan 1 ton, para petani cengkeh itu langsung terkaget-kaget dan langsung beli mobil.
"Akhirnya 10 unit itu laku habis, akhirnya mulai di situ hebatnya Suzuki, jadi kita gampang bergaul dengan petani waktu itu. Mereka bilang 'Brur bawa lagi lah 50 unit, pasti laku'," ujarnya menirukan omongan petani cengkeh saat itu. Suzuki Carry pun terus mendapat sambutan positif di Indonesia dan menjadi salah satu tulang punggung penjualan Suzuki Indonesia hingga kini.
Semasa hidupnya, Soebronto Laras juga pernah duduk sebagai Komisaris pada beberapa perusahaan yang tergabung dalam Grup Indomobil, antara lain: Komisaris Utama PT Nissan Motor Indonesia sejak tahun 1998, Komisaris Utama PT Indomobil Multi Trada sejak tahun 1999, Komisaris Utama PT Indomobil Sukses Internasional Tbk. sejak tahun 2002 dan Komisaris Utama PT Hino Motors Manufacturing Indonesia sejak tahun 2003. Soebronto juga pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris PT Jurnalindo Aksara Grafika (Bisnis Indonesia).
(lua/dry)
Komentar Terbanyak
Heboh Polantas Tanya 'SIM Jakarta', Begini Cerita di Baliknya
Sertifikat Kursus Nyetir Jadi Syarat Bikin SIM, Gimana kalau Belajar Sendiri?
Difatwa Haram, Truk Pembawa Sound Horeg Masuk Kategori ODOL?