PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) memberi kesempatan media untuk menjajal Fortuner Flexy Fuel di fasilitas xEV Center, Karawang, Jawa Barat, Senin (22/1/2024). Menarik untuk mengetahui apakah mobil mobil dengan mesin berbahan bakar energi terbarukan itu berbeda dengan mobil internal combustion engine.
![]() |
Yang menarik lagi adalah tak tanggung-tanggung, Toyota mengklaim mobil ini bisa menenggak bioetanol murni 100 persen atau E100.
Lewat kehadiran Fortuner Flexy Fuel ini, Toyota sudah membuktikan punya teknologi meracik mesin yang cocok dengan bioetanol. Di sisi lain bioetanol juga sedang dijalankan pemerintah Indonesia untuk menekan penggunaan bahan bakar minyak fossil.
Fortuner Flexy Engine itu menggunakan basis dari Fortuner 2.7 dengan transmisi otomatis. Perbedaan dari luar bisa terlihat stiker warna hijau serta tulisan Fortuner Flexy Fuel yang menandakan kalau mobil ini bisa menenggak bioetanol E100.
![]() |
Saat masuk ke dalamnya, terutama area kokpit muncul logo SW4 pada area multi information display (MID), yang modelnya dikenal untuk pasar Amerika Selatan. Ya, Brazil menjadi salah satu negara yang lebih dulu mengadopsi bahan bakar etanol.
Ketika mobil di-starter ternyata tidak ada perbedaan signifikan dengan versi internal combustion engine (ICE). Kekhawatiran terdengar suara yang aneh juga tidak muncul pada bagian mesin. Fortuner ini sudah mengalami modifikasi pada sistem bahan bakar dan pemrograman ECU (Electric Control Unit) agar dapat dijalankan dengan 100 persen bioetanol (E-100).
Pun cara mengoperasikan Fortuner Flexy Fuel ini juga sama dengan Fortuner biasanya. Tinggal injak pedal gas, pindahkan tuas transmisi ke D. Mobil juga berakselerasi tanpa ada gejala ngeden atau kesan tertahan.
Sayangnya arena test drive begitu terbatas, tidak ada obstacles seperti tanjakan ataupun jalur yang panjang. Kami juga tidak bisa menjajal mobil tersebut untuk mengetes konsumsi bahan bakarnya.
Toyota menunjukkan dukungannya kepada pemerintah Indonesia dalam mencari energi alternatif dengan menghadirkan kendaraan bertenaga etanol.
"Ke depan kita juga melihat selain BEV nikel, biomassa itu juga merupakan suatu alternatif energi kita ke depan. Karena masing-masing wilayah itu kan punya typically sumber energi sendiri. Misalnya di Sumatera punya sawit, cangkang sawit bisa dikonversi etanol. Kemudian kita juga punya molasis yang ada di Jawa, yang dari pabrik gula. Itu juga bisa dikonversi dari etanol," jelas Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azzam.
Di Brazil, kendaraan ini bukanlah hal baru, mereka sudah berpengalaman selama 20 tahun dengan teknologi flex dan 4 tahun dengan teknologi hybrid flex, dimana lebih dari 60,000 unit telah diproduksi dan dijual. Bahkan salah satu produk dari Sao Paulo yang pernah dibawa ke sini ialah Toyota Corolla Cross Hyrbid, bukan sekadar hybrid tapi juga bisa menenggak bahan bakar fleks atau fleksibel.
(riar/din)
Komentar Terbanyak
Mobil Esemka Digugat, PT SMK Tolak Pabrik Diperiksa
Syarat Perpanjang SIM 2025, Wajib Sertakan Ini Sekarang
7 Mobil-motor Wapres Gibran yang Lapor Punya Harta Rp 25 Miliar