Satu gelar juara hampir pasti diperoleh Yamaha di musim MotoGP 2021. Yamaha berpeluang juara umum melalui pebalap andalannya, Fabio Quartararo. Sejatinya Yamaha bisa memperoleh dua gelar lagi dari kategori tim dan konstruktor, tapi hal itu rasanya sulit lantaran pabrikan berlambang garpu tala tersebut mengalami konflik serius dengan mantan pebalapnya, Maverick Vinales, di pertengahan kompetisi.
Triple crown merupakan capaian paling tinggi bagi setiap pabrikan motor yang berlaga di balap MotoGP. Gelar triple crown ini akan didapat pabrikan jika mampu menggondol titel juara pebalap, tim, dan konstruktor secara bersamaan di musim kompetisi.
Yamaha berpeluang menggondol triple crown musim ini karena pebalap utama mereka, Fabio Quartararo, begitu moncer di lintasan dan terus mendulang kemenangan. Saat ini El Diablo nyaman di puncak klasemen pebalap dengan 254 poin, unggul 52 poin dari Francesco Bagnaia di peringkat kedua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi jika melihat klasemen konstruktor, maaf, Yamaha harus kalah saing dari Ducati. Pabrikan Italia dengan deretan pebalap terbaiknya itu mengungguli Yamaha sementara, dengan total 291 poin, berkat 5 kemenangan dan 18 podium.
Meski begitu, Yamaha masih bisa berpeluang juara konstruktor karena jarak poinnya cukup tipis. Untuk sementara, Yamaha mengoleksi 282 poin, dengan kemenangan 6 kali dan 13 kali naik podium.
Managing Director Yamaha Motor Racing, Lin Jarvis, pesimis Yamaha bisa meraih triple crown di musim ini. Jarvis merasa timnya telah banyak kehilangan poin karena adanya konflik dengan Vinales, yang menguras energi dan pikiran.
"Tahun ini kami memiliki kesempatan untuk 'Triple Crown', tapi itu sangat sulit. Kami kehilangan banyak poin dengan kasus Vinales," kata Jarvis, seperti dikutip dari Motosan.
Kilas balik ke belakang, Yamaha sempat bersitegang dengan Vinales. Awalnya pebalap berjuluk Top Gun itu tidak kerasan di Yamaha dan ia memutuskan kontrak di akhir musim ini, kendati kesepakatannya masih sampai 2022.
Tapi alih-alih menampilkan performa terbaiknya sebelum pisah jalan dengan Yamaha, Vinales malah berseteru. Puncaknya pada MotoGP Styria, Maverick Vinales setop di tengah balapan karena merasa ada masalah pada motor M1 yang ditungganginya.
Sebaliknya, Yamaha menganggap Vinales melakukan aksi berbahaya karena telah menggeber mesin motor di rpm tinggi. Sanksi pun dijatuhkan, Vinales tidak boleh lagi membalap di seri MotoGP selanjutnya, hingga kemudian keduanya memutuskan pisah jalan lebih cepat.
"Kami memainkan GP Sachsenring dan Vinales mendapat hasil yang sangat buruk di sana. Kemudian kami juga kehilangan poin di MotoGP Styria, karena (konflik) terus berlanjut, sehingga (Vinales) ditangguhkan untuk GP Austria. Kemudian terjadi perpisahan dan Cal Crutchlow menjadi rider pengganti di Silverstone dan Aragon," terang Jarvis.
Selain konflik dengan Vinales yang menghilangkan banyak poin, Jarvis juga menyoroti performa pebalap Yamaha lainnya yang tidak tampil impresif. Rider top seperti Valentino Rossi, pebalap pengganti Cal Crutchlow, dan yang baru bergabung seperti Andrea Dovizioso, tidak mampu mendulang banyak poin di setiap balapan.
"Kami kehilangan empat balapan atau lebih dan karena itu banyak poin berharga hilang untuk (kategori) konstruktor dan tim. Kemudian rekan-rekan baru Quartararo sejauh ini mencetak nol poin. Pebalap pengganti tidak pernah sekompetitif pebalap biasa, karena kualitas pebalap di grid sangat tinggi," ujar Jarvis.
"Saya berharap kami memiliki dua pebalap kuat di kejuaraan tahun ini. Lihatlah Ducati punya Miller dan Bagnaia. Itulah mengapa juara dunia tim akan sulit bagi kami. Adapun peluang juara konstruktor, semuanya tergantung pada Fabio. Cuma di GP Qatar dia bukan pebalap Yamaha terbaik, karena Vinales menang di sana. Jadi tidak akan semudah itu," tukasnya.
(lua/din)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah