Managing Director Yamaha Motor Racing, Lin Jarvis mendapat pelajaran penting dari mantan ridernya, Maverick Vinales. Top Gun digadang-gadang bisa menjadi pebalap unggulan selepas Valentino Rossi turun ke Petronas Yamaha SRT, tapi malah berakhir lebih cepat dengan kontroversi.
Pabrikan berlambang garpu tala ini ulet mempertahankan Maverick Vinales sebagai pebalapnya. Ya, Top Gun mendapat kepercayaan penuh setelah berhasil finis di tempat ketiga pada musim 2019. Kala itu dia berada di belakang Marc Marquez dan Andrea Dovizioso.
Atas capaian tersebut, Yamaha berani mempertahankan Vinales. Sebab, pebalap Spanyol ini diketahui tengah bernegosiasi dengan Ducati, bahkan sudah membicarakan perihal gaji.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk alasan ini (finis ketiga di musim 2019), Maverick memiliki opsi untuk beralih ke Ducati di tim pabrikan untuk 2021 dan 2022," kata Lin Jarvis seperti dikutip Speedweek, Senin (23/8/2021).
"Ada tawaran kuat dari Ducati di atas meja. Dan kita semua tahu betapa kuatnya Maverick," sambung dia.
Lin Jarvis mengatakan karena percaya penuh dengan potensinya, Vinales dipersiapkan sebagai rider unggulan di tim pabrikan Yamaha. Kesempatan itu bisa diraih lantaran Valentino Rossi akan bergeser ke tim satelit.
Vinales pun bertahan di Yamaha, dengan durasi perpanjangan kontrak lebih dini yang diumumkan pada 2019. Top Gun dikontrak bersama pabrikan Yamaha hingga tahun 2022.
"Pada saat yang sama, kepindahan dari Valentino ke Petronas direncanakan pada tahun 2021. Tanpa Vale, Vinales bisa menjadi pemimpin tim baru pada tahun 2021. Kami pikir dia selalu dibayangi oleh Valentino, setelah kepergiannya dari Tim Pabrik, Mavericks bisa menggebrak tahun ini.. Tapi itu tidak terjadi," ucap dia.
Usai sepeninggal Rossi dari tim pabrikan, Vinales justru tampil angin-anginan. Fabio Quartararo yang baru masuk pun, kini malah mencuri perhatian dengan masuk kandidat sebagai juara dunia MotoGP 2021.
"Ada banyak hal tak terduga terjadi dalam bisnis ini. Sejak itu, kami telah merenung, apakah kami membuat kesepakatan kontrak terlalu cepat," ujar Lin Jarvis.
"Pada Juni 2021, kami dihadapkan dengan situasi di mana rider yang dikontrak selama dua tahun ingin pergi lebih awal. Kami menganalisa apakah kami melakukan kesalahan dalam langkah kami. Kami ingin menghindari skenario serupa. Namun, kala itu (mempertahankan Vinales, Red), kesepakatan dengan Maverick memang keputusan terbaik," lanjut Jarvis.
Tapi Vinales bahkan meminta kontraknya berakhir lebih cepat dengan Yamaha. Usai kontroversi yang terjadi di MotoGP Styria 2021, Yamaha pun mengabulkan permintaan Vinales.
Lantas, menyesalkah Yamaha terlalu dini memperpanjang kontrak Maverick Vinales?
"Kalau bisa berkaca, kami dapat mengatakan bahwa kami mungkin tidak akan membuat keputusan ini lagi. Tapi itu sulit untuk dikatakan. Jika Maverick mempertahankan momentum itu setelah kemenangan pembukaan di Qatar pada 2021 dan memenangkan tiga balapan lagi, semua orang akan setuju bahwa kami membuat keputusan yang tepat satu setengah tahun yang lalu," jelas Lin Jarvis.
Simak video 'Statistik Vinales Bareng Yamaha Musim Ini: Dari Puncak Sampai Jeblok':
Komentar Terbanyak
Dicari! 3 detikers Yang Mau Diajak Keliling Naik Helikopter!
Viral Pengguna Denza Sengaja Mundur Tabrakkan Mobil di Belakang
Spesifikasi Mobil Rp 5,1 Miliar di Garasi AHY