Pengamat MotoGP, Dennis Noyes mengomentari kasus Maverick Vinales yang dituding sengaja ingin merusak YZR-M1. Menurutnya, aksi Maverick Vinales bisa seperti nasib mantan pebalap MotoGP, Max Biaggi.
Pebalap berjuluk Top Gun itu dihukum usai diduga sengaja menggeber motornya secara berlebihan di MotoGP Styria dua pekan yang lalu. Yamaha menilai tindakan itu bisa merusak mesin YZR-M1 bahkan mencelakai dirinya dan juga pebalap lain.
Vinales, 26 tahun, pun terlihat tak bersemangat saat balapan di lap-lap terakhir, hal ini terlihat dari catatan waktunya yang terus melambat. Dia pun masuk ke pit lane sembari menggeber motor daripada melanjutkan balapan ke garis finis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vinales sudah meminta maaf atas aksinya tersebut, dia menjelaskan alasannya menggeber-geber alias blayer-blayer hingga rev limit lantaran dirundung rasa frustasi.
Pengamat MotoGP, Dennis Noyes melihat serentetan aksi Maverick Vinales bisa saja berimbas ke masa depan kariernya. Bisa saja Top Gun tak bisa diterima sebagai pebalap Yamaha lagi, bahkan tim-tim Jepang lainnya.
"Sebagian besar penggemar Spanyol berpikir atau ingin melihat Maverick di Yamaha lagi. Saya telah membaca banyak tentang apakah yang dia lakukan sangat serius atau tidak. Saya tidak akan memberikan pendapat, tetapi jika ini 15 tahun yang lalu, Maverick tidak akan pernah mengendarai motor Jepang lagi, karena orang Jepang memang seperti itu," ujar Noyes seperti dikutip dari Motosan.es, Kamis (19/8/2021).
Noyes mengingat masa-masa suram yang dialami Max Biaggi. Pebalap yang pernah menjadi rival Valentino Rossi itu masuk daftar hitam pabrikan Jepang atas emosinya yang tak terkendali.
"Saya ingat sekali pada tahun 2005, Biaggi masuk ke pit, kesal dengan tim. Ada bos Honda yang datang dari Jepang. Dia masuk dan membanting sepeda motor di depan mereka semua, meneriakkan empat hal dan pergi. Tak satu pun dari Jepang mengangkat suara, tetapi sejak saat itu Biaggi dilarang tidak hanya di Honda, tetapi juga di Yamaha, Suzuki dan Kawasaki. Orang Jepang menganggap hal ini cukup serius," ujar Noyes.
Noyes mengerti akan rasa frustrasi yang dialami Maverick Vinales. Tapi Yamaha memerlukan ketenangan di dalam tim. Di sisi lain, pabrikan berlambang garpu tala itu belum menemukan pebalap pengganti Vinales andai skors berlanjut hingga balapan usai.
"Pertanyaan besarnya adalah apakah Maverick Vinales akan mengendarai Yamaha lagi tahun ini," ujar Noyes.
"Apa yang diinginkan Yamaha adalah lingkungan yang tenang di dalam tim di mana Quartararo adalah orang yang mengejar gelar," ungkapnya.
Menurut Noyes aksi Maverick Vinales murni wujud frustrasi dengan cara yang salah. Dia tak sependapat tentang tuduhan Vinales hendak menyabotase motor.
"Tapi jika mengatakan bahwa Vinales menyabotase motor dengan mencoba merusaknya, saya akan mengatakan itu tidak benar. Saya berkonsultasi pada beberapa teknisi dan sekarang dengan kunci kontak yang mereka miliki serta cara kerja mereka, sangat sulit mesin bisa rusak karena hal itu," kata Noyes.
"Tetapi yang membuat Yamaha tersakiti mungkin karena adanya batas jumlah mesin yang mereka punya di musim ini," tutur Noyes.
Maverick Vinales sudah memutuskan bergabung dengan tim asal Italia, Aprilia pada musim 2022. Kendati sudah menerima hukuman, ia masih ingin menuntaskan kewajiban sebagai rider Yamaha sampai akhir MotoGP 2021, namun sekarang ia pasrah akan nasibnya.
"Yang ingin aku lakukan adalah tetap tenang, introspeksi, dan mencoba kembali dengan lebih kuat, dengan segalanya tertata lebih rapi. (Skorsing) ini adalah keputusan Yamaha, yang harus saya hormati dan terima, karena bagaimanapun saya masih pebalap Yamaha," ungkap Vinales.
(riar/din)
Komentar Terbanyak
Harga BYD Atto 1 Bisa Acak-acak Pasar Agya? Ini Kata Toyota
Parkir Kendaraan di Jakarta Bakal Dibikin Mahal!
Duit Ada, Kenapa Orang Indonesia Menahan Beli Mobil?