Pasar otomotif mentok di angka 1 jutaan unit tiap tahunnya. Malahan sekarang penjualannya terus turun. Perlukah bikin mobil murah di bawah harga LCGC?
Peneliti Senior LPEM (Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat) FEB UI Riyanto mengungkapkan pendapatan per kapita tidak seimbang dengan kenaikan harga mobil.
"Jadi ini memang menunjukkan ada masalah, dan harganya menunjukkan seperti ini, kenaikannya lebih besar dari harga kenaikan per kapita. Jadi konsisten penyebabnya adalah harga mobilnya tidak terjangkau oleh pendapatan per kapita," jelas dia saat diskusi yang digelar Forum Wartawan Industri di Kementerian Perindustrian, Rabu (10/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendapat per kapita yang naik tipis tersebut disebabkan pertumbuhan ekonomi yang berkisar antara lima persen dalam kurun waktu periode 2015-2022. Ini menjadi salah satu penyebab penjualan mobil di Indonesia stagnan di level satu juta unit.
Mobil Low Cost Green Car (LCGC) menjadi suksesnya program yang bikin jualan mobil di Indonesia bisa tembus 1 juta unit per tahunnya.
Namun kini LCGC tidak mendapatkan perlakuan istimewa lagi. Sebab dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sebesar tiga persen.
Riyanto menyarankan perlu dirancang program "mobil murah", penyegaran terhadap LCGC untuk bisa menggairahkan pasar lagi.
"2004 kajian mobil murah yang kemudian terwujud di LCGC 2013, ini rasanya perlu disegarkan kembali, mungkin untuk dareah tertentu fitur-fitur mobilnya yang membuat harganya tinggi. Jadi range produknya itu kalau bisa disediakan untuk kelompok yang tidak perlu canggih, perlunya fungsional tapi friendly untuk masyarakat kita. Itu juga bisa memangkas biaya produksi dan berimplikasi kepada harga mobil," kata Riyanto.
Dalam data lima tahun terakhir menunjukkan mobil LCGC masih menjadi pilihan orang Indonesia. Selalu menjadi langganan mobil terlaris.
"Kontribusi LCGC itu cukup signifikan karena pasarnya sekitar 20 persen market share," kata Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara di Jakarta, Rabu (11/7/2024).
LCGC sudah ada di Indonesia sejak tahun 2013. Program LCGC sengaja dibuat pemerintah karena ditujukan bagi mereka yang ingin memiliki mobil namun kemampuan uangnya terbatas. Adapun syaratnya dari kapasitas mesin mobil di kisaran 980-1.200cc dengan konsumsi bbm 20 km/liter.
Selain menyegarkan LCGC, Riyanto menyarankan dari sisi produsen, meningkatkan efisiensi produksi, promosi penjualan dengan pemberian diskon harga serta meningkatkan unit pemasaran di wilayah-wilayah yang potensinya tinggi.
"Di satu sisi juga dari sisi produsen, masih bisa efisiensi biaya produksinya. Makanya sebenarnya kalau bisa, implikasinya memberikan diskon. Sebenarnya memperluas unit pemasaran. Yang di luar Jawa masih mungkin, rasio antara dealer dan penduduk, atau kelompok kaya itu, ada orang menjangkau mobilnya susah, kalau marketing-nya gencar, saya kira bisa mendorong," jelas Riyanto.
Berdasarkan data wholesales (distribusi pabrik ke dealer) Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan sepanjang Januari-Juni tahun 2024 baru mencapai 408.012 atau minus 19,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Padahal penjualan bisa tembus setengah juta unit atau tepatnya 506.427 unit pada semester pertama 2023.
(riar/riar)
Komentar Terbanyak
Penjualan Mobil Ambrol, Ekonomi Indonesia Tidak Baik-baik Saja
Heboh Polantas Tanya 'SIM Jakarta', Begini Cerita di Baliknya
Duh! Ojol Ancam Mau Demo Sebulan Sekali