JK Sebut Emisi Mobil Listrik Cuma Pindah ke Cerobong PLTU, Benarkah?

JK Sebut Emisi Mobil Listrik Cuma Pindah ke Cerobong PLTU, Benarkah?

Rafly Adli - detikOto
Minggu, 28 Mei 2023 17:08 WIB
Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Shell Recharge hadir di Mal Pacific Place Jakarta. Hadirnya SPKLU ini merespons bertambahnya pengguna mobil listrik.
Mobil listrik (Foto: Andhika Prasetia/detikcom).
Jakarta -

Setelah Bakal Calon Presiden Anies Baswedan, kini giliran mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) yang turut mengkritik program percepatan kendaraan listrik yang tengah dijalankan oleh pemerintah.

Menurut JK, mobil listrik saat ini tetap saja akan menyumbang polusi udara jika sumber energi listriknya masih berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

"Mobil listrik itu untuk mengurangi emisi kan? Tapi tiap malam itu harus di-charge, jadi sangat tergantung kepada pembangkit. Kalau pembangkitnya tetap PLTU itu hanya berpindah emisi dari knalpot mobil ke cerobong PLTU," sebutnya di Universitas Paramadina Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (23/5/2023) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

JK menyebut kebijakan yang mendorong pengadopsian kendaraan listrik lebih baik dibarengi dengan kesiapan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Sebab, PLTA dinilai lebih mampu untuk menekan emisi.

Menanggapi hal ini,pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan bahwa anggapan soal emisi dari kendaraan listrik hanya dipindahkan ke PLTU tidaklah tepat. Hal ini dikarenakan hingga saat ini PLN sebenarnya memiliki cadangan listrik yang berlebih dan terbuang secara sia-sia.

ADVERTISEMENT

"Anggapan bahwa penggunaan kendaraan listrik hanya memindahkan emisi ke PLTU tidak sepenuhnya tepat. Meskipun benar bahwa kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi langsung saat digunakan, emisi masih terjadi pada tahap produksi listrik pada PLTU," terang Yannes kepada detikOto.

"Tapi perlu diketahui bahwa saat ini, PLN mengalami over supply listrik sebesar 6 GW yang akhirnya terbuang secara percuma," sambungnya.

Dengan adanya pengadopsian kendaraan listrik ini justru bisa memaksimalkan penggunaan listrik yang dihasilkan oleh PLN. Yannes menjelaskan bahwa secara kalkulasi kasar, maka over supply yang dialami oleh PLN bisa digunakan untuk mengisi daya belasan juta motor listrik.

Jika dibandingkan dengan kendaraan konvensional, maka jumlah emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan listrik jauh lebih kecil. Ini dikarenakan, kendaraan konvensional tentunya membutuhkan BBM lagi untuk pembakarannya hingga pada akhirnya akan menambah emisi dan menyia-siakan persediaan listrik PLN

"Jadi, pemakaian kendaraan listrik yang masih bergantung dengan PLTU tidak menambah emisi apa pun selain bahan bakar fosil yang dikonsumsi oleh PLN. Hitungan sederhananya, kelebihan pasok sekitar 6 GW itu dapat mencharge sekitar 12,7 juta sepeda motor listrik tanpa menambah polusi udara lagi," ungkap Yannes.

"Memang benar kalau kendaraan listrik butuh listrik dari PLTU. Tapi kalau kendaraan konvensional pastinya akan menambah jumlah BBM yang dibakar, di luar apa yang dipakai oleh PLN," tambahnya.




(rgr/mhg)

Hide Ads