SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu apa yang harus dilakukan kalau kita bertemu pengendara yang memancing emosi?
"Saran terbaiknya adalah menjauh. Karena kalau tidak, kita akan terpengaruh," jawab Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, kepada detikcom.
Menurut Sony, tingkat stres yang tinggi pasti berpotensi besar terhadap kecelakaan. Sebab, pengemudi yang stres menjadi overthinking.
"Dalam kondisi tersebut pengemudi jadi lelah dan agresif. Ini yang harus dikendalikan oleh pengemudi. Karena mengemudi tidak hanya mengontrol kendaraan tapi juga emosi," katanya.
Sony melanjutkan, stres adalah bagian dari emosi yang bisa dikendalikan. Caranya, cari akar masalahnya terlebih dahulu untuk membagi atau mengkotak-kotakan agar dapat di-manage dengan baik. Selanjutnya dikurangi atau dihilangkan secara bertahap.
"Fokus terhadap tanggung jawab keselamatan, beraktivitas di tempat umum harus dilakukan dan digunakan bersama-sama sehingga pikirkan dua kali sebelum melangkah/mengambil sikap," katanya.
Ketua Presidium Indonesia Traffic Watch (ITW) Edison Siahaan mengatakan, setidaknya ada ada beberapa poin yang memicu stres para pengendara atau pengguna jalan raya.
Yang pertama, kata Edison, populasi kendaraan yang tidak terkontrol. Hal itu membuat ruas dan panjang jalan tidak mampu menampung sehingga menimbulkan kemacetan yang berujung memicu stres bagi pengendara.
"Kedua, kesadaran tertib berlalu lintas masyarakat masih sangat rendah," kata Edison.
Ketiga, lanjut Edison, penegakan hukum masih lemah. Dan keempat, kebijakan tidak efektif bahkan cenderung memicu ketidakpastian.
"Lalu lintas adalah bentuk pertanggungjawaban pemerintah atas kepercayaan yang diberikan masyarakat untuk memungut pajak dan mengembalikannya dalam bentuk pembangunan sekaligus pelayanan," ucapnya.
(lth/din)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah