'Angkernya' Tol Cipularang Km 90-100 Arah Jakarta, Ini Penjelasannya

'Angkernya' Tol Cipularang Km 90-100 Arah Jakarta, Ini Penjelasannya

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Senin, 27 Jun 2022 14:53 WIB
Jakarta -

Kecelakaan sering kali terjadi di Tol Cipularang terutama di KM 90-100 arah Jakarta. Penyebabnya beragam, rata-rata karena kendaraan mengalami rem blong.

Semalam, tabrakan beruntun terjadi di KM 92 Tol Cipularang arah Jakarta. Diduga bus mengalami rem blong. Sebanyak 17 kendaraan terlibat dalam tabrakan beruntun.

Kenapa Tol Cipularang begitu 'angker' sehingga banyak terjadi kecelakaan? Menurut Jusri Pulubuhu, Praktisi Road Safety & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Tol Cipularang terutama di KM 90-100 arah Jakarta sering terjadi kecelakaan karena topografi jalannya yang kebanyakan turunan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehingga membuat beban kerja rem itu akan lebih berat daripada kondisi-kondisi permukaan datar. Lebih-lebih kalau kendaraan tersebut adalah angkutan barang ataupun angkutan penumpang. Artinya semakin berat bobot kendaraan, semakin berat beban kerja rem," ujar Jusri kepada detikcom, Senin (27/6/2022).

Menurut Jusri, handicap atau rintangan di Jalan Tol Cipularang Km 90-100 arah Jakarta adalah jalanan menurun dengan gaya momentum yang kerap menjadi pemicu mobil hilang kendali. Ditambah penanganan sopir yang salah, kecelakaan bisa tak terhindarkan.

ADVERTISEMENT

"Bisa diawali kemampuan rem menyusut atau kemampuan shock asbsorber berkurang sehingga mobil kadang-kadang ketika menikung ada bodyroll yang tinggi, kadang-kadang membuat kendaraan hilang kendali. Belum lagi cengkeraman ban akan menurun seiring adanya perpindahan bobot dari belakang ke depan (saat turunan), sehingga bobot kendaraan bertumpu pada roda depan. Pada saat pengereman darurat, kadang-kadang bisa membuat roda belakang terkunci karena nggak ada beban (beban kendaraan ditransfer ke depan saat turunan), akibatnya sering mobil melintir atau oversteer. Bagi orang yang nggak sadar itu kaget, dia malah ngerem habis," jelas Jusri.

Dia bilang, saat jalanan terus menurun komponen kendaraan akan mengalami penyusutan kinerja. Termasuk potensi gejala brake fading atau penyusutan kinerja rem hingga rem blong.

"Kalau kita bicara penyebab langsung, pengemudinya tidak memahami atau tidak memiliki pemahaman bagaimana mengendarai kendaraan di daerah berbukit. Sehingga cara pengereman mereka hanya mengandalkan service brake atau rem kaki. Sehingga ketika dia mengandalkan service brake saja, akibatnya konstruksi rem mulai teromol, piringan atau sepatu rem itu akan mengalami suhu panas yang berlebih. Ini akibat pengemudi yang terlalu over menggunakan rem kaki terus. Akibatnya kemampuan rem akan menyusut. Maka jarak pengereman akan jauh, bahkan kendaraan hilang kendali," ungkap Jusri.

Bagaimana solusinya? Yang terpenting kata Jusri adalah tetap menjaga jarak aman. Jika jaga jarak aman di jalanan landai adalah 3 detik, maka di turunan perlu ditambah lagi menjadi 4-5 detik.

"Kemudian antisipasi adanya manuver-manuver yang tidak kita harapkan dari kendaraan di depan dan belakang kita. Selalu menyediakan ruang aman. Kalau ada truk di belakang, kita bisa menghindari atau berikan kesempatan kepada mereka," katanya. Sebab, kendaraan besar seperti truk sering mengalami rem blong. Kalau kita berada di depannya saat turunan, risikonya jadi lebih besar.

(rgr/din)

Hide Ads