Viral Rombongan Keroyok Pria Jaket Ojol, Kenapa Konvoi Motor Bisa Arogan?

Viral Rombongan Keroyok Pria Jaket Ojol, Kenapa Konvoi Motor Bisa Arogan?

Tim detikcom - detikOto
Selasa, 09 Agu 2022 09:10 WIB
Ilustrasi penganiayaan (dok detikcom)
Foto: Ilustrasi pengeroyokan (dok detikcom)
Jakarta -

Baru-baru ini sebuah video konvoi rombongan pesilat mencuri atensi. Sebab, mereka kedapatan mengeroyok salah satu pengguna jalan lain.

Video itu diunggah akun @ics_infocegatansolo. Dalam narasi disebutkan peristiwa terjadi di sekitar Taman Parkir Senopati, Kota Jogja.

"Seorang juru parkir yang menyaksikan insiden tersebut menceritakan awalnya rombongan para pesilat itu menyerempet driver ojek online. Kemudian dirinya berniat membantu sang driver ojek online, namun tiba-tiba dirinya malah dikeroyok pesilat itu," bunyi narasi dalam video tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cuplikan video berdurasi singkat ini berawal dari rombongan sepeda motor yang sedang berboncengan melakukan konvoi. Dua orang tanpa helm berusaha melempar kain ke arah pria yang menggunakan jaket ojek online. Hingga akhirnya pemotor yang sedang konvoi itu memukuli pria jaket ojol tersebut.

Polisi memastikan kejadian arogan tersebut tidak terjadi di Jogja. Postingan video tersebut telah ditonton puluhan ribu kali dan mendapat ribuan komentar netizen.

ADVERTISEMENT

"Kami cek ternyata itu jalannya sama dengan yang di Jombang, Jawa Timur. Sudah diamankan petugas Polres Jombang," kata Kasubbag Humas Polresta Jogja AKP Timbul Sasana Raharja saat dimintai konfirmasi wartawan, Senin (8/8/2022).

Terlepas dari kejadian tersebut, kenapa konvoi bisa melahirkan sikap arogansi di jalan?

Instruktur dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, pengguna jalan yang berkelompok itu akan timbul rasa eksklusif di jalan raya. Sehingga, mereka merasa diprioritaskan di jalan raya, padahal belum tentu.

"Mereka pikir, begitu mereka rombongan mereka sudah mendapatkan hak prioritas tanpa mereka sadari," ujar Jusri beberapa waktu yang lalu.

"Negara maju selalu menghargai hak orang lain. Tapi di sini, kalau dia punya power lebih, tingkat ekonomi lebih tinggi atau kelompoknya lebih banyak akhirnya muncul kesan eksklusif. Eksklusivitas itulah yg membuat arogansi muncul," ucap Jusri.

Lebih lanjut menurut praktisi keselamatan berkendara, Andry Berlianto, berkonvoi merupakan kegiatan tak asing yang dilakukan pencinta otomotif baik roda dua maupun roda empat. Tapi saat konvoi di jalan, peserta konvoi terkadang bisa lupa akan aturan tata tertib sehingga terjadi perselisihan dengan pengguna jalan lain.

"Arogansi itu dapat timbul karena kita beramai-ramai bersama teman atau komunitas di mana pembelaan bisa didapat dari teman bahkan saat kita salah sekalipun," ungkap Andry.

Andry mengingatkan bahwa prioritas peserta konvoi dengan pengguna jalan lain adalah sama, apalagi bila tanpa kawalan polisi. Bila sudah berkelompok dan seragam, tidak berarti bisa semena-mena di jalan. Sikap menghormati pejalan lain menjadi perhatian.

Sebab ketika mengemudikan motor atau mobil tidak hanya sehat secara fisik, tapi juga mental karena menghadapi lingkungan, provokasi, dan gangguan yang datang dari luar kendaraan.

"Konvoilah dengan tertib dan mengikuti arus, konvoi sama keberadaannya dengan pengguna jalan lain," kata Andry.




(riar/rgr)

Hide Ads