Mobil sport Porsche 911 Carrera S dengan nomor polisi B 333 LKA terlibat kecelakaan di Tol Kejapanan ke Sidoarjo. Porsche itu menabrak Nissan Grand Livina.
Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini. Namun dilaporkan, satu orang luka berat.
Dikutip detikJatim, Kanit PJR Jatim II AKP Puguh Winarno mengatakan kecelakaan tersebut terjadi pada Minggu (17/3) sekitar pukul 12.10 WIB. Porsche diketahui dikendarai Nissan Katama Angkasa warga Dukuh Pakis Surabaya. Sedangkan Nissan Grand Livina warna abu-abu metalik Nopol L 1496 ACY dikemudikan Rudy Andrianto bersama keluarganya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kecelakaan itu, sopir Porsche hanya mengalami luka ringan. Sedangkan istri Rudi pengemudi Grand Livina, Ani Trihandayani, luka berat di bagian leher.
Puguh menambahkan kecelakaan tersebut terjadi lantaran pengemudi Porsche ugal-ugalan. Mobil sport itu tak terkendali dan menabrak mobil Nissan Grand Livina di depannya.
"Pengemudi mobil sport Porsche Carrera kurang antisipasi ada kendaraan di depannya sehingga terjadi tabrak belakang," tandas Puguh.
Pelajaran dari kejadian ini, bahwa mengendarai mobil sport tak bisa asal kebut-kebutan. Perlu diketahui, cara mengemudikan mobil sport itu berbeda dengan mobil lain.
"Karakter mobil sport itu berbeda dengan kendaraan lain, dan nuansa membawa mobil sport itu berbeda dari melihat, mendengar, itu degup jantung luar biasa," kata pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu beberapa waktu lalu.
"Ada faktor psikis, baunya, dentuman suara knalpot ini akan memunculkan hormon endorfin. Begitu kita di dalam, sensasi yang namanya adrenalin naik. Ketika endorfin dibarengi adrenalin, maka logika sudah tidak main," jelasnya.
Baca juga: Supercar itu Buas, Salah Sedikit Bisa Liar |
Pengemudi mobil sport harus mengenal karakter mobil sebelum turun ke jalan. Jusri mengatakan bekal dasar yang harus dimiliki pengemudi mobil sport ada tiga hal yakni mengetahui semburan tenaga, pengereman, dan performa handling.
Pengemudi juga harus memiliki soft skill, hal ini bisa diartikan kemampuan membaca potensi bahaya, mengukur jarak, menjaga kecepatan, mengatur jadwal istirahat selama perjalanan, dan lainnya.
"Harusnya kita sudah bisa menyimpulkan, kecelakaan di supercar bukan soal di masalah technical, bukan kendaraan yang super," kata dia.
"Lebih banyak terkait soft skill, melahirkan pola pikir kehati-hatian. Perilaku waspada, tertib, empati," sambungnya lagi.
(rgr/mhg)
Komentar Terbanyak
Penjualan Mobil Ambrol, Ekonomi Indonesia Tidak Baik-baik Saja
Heboh Polantas Tanya 'SIM Jakarta', Begini Cerita di Baliknya
Duh! Ojol Ancam Mau Demo Sebulan Sekali