Selain Masalah Teknis, Ini Penyebab Mobil Sport Timbulkan Kecelakaan Maut

Selain Masalah Teknis, Ini Penyebab Mobil Sport Timbulkan Kecelakaan Maut

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Senin, 06 Apr 2020 13:23 WIB
Wakil Jaksa Agung Meninggal, 1 Penumpang Nissan GT-R yang Terbakar Luka Ringan
Wakil Jaksa Agung Meninggal, 1 Penumpang Nissan GT-R yang Terbakar Luka Ringan. Foto: (dok.Jasa Marga)
Jakarta -

Wakil Jaksa Agung, Arminsyah, meninggal dunia dalam kecelakaan saat mengendarai Nissan GT-R di Tol Cibubur, Sabtu (4/4/2020). Ada beberapa faktor sehingga bisa menimbulkan kecelakaan maut saat membawa kendaraan berperforma tinggi. Di antaranya masalah teknis dan non-teknis.

Diberitakan sebelumnya, dalam mengendarai mobil bertenaga tinggi, pengemudi harus mengenali karakter kendaraannya. Jusri Pulubuhu, Instruktur dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), mengatakan ada tiga karakter yang harus dikenali pengemudi yaitu karakter performa atau power, pengereman, dan handling.

Jusri percaya Arminsyah paham betul ketiga faktor tersebut. Sebab, menurut Jusri, Arminsyah merupakan pria yang mendalami hobi olahraga otomotif dan sering ikut balapan di sirkuit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada intinya jenis-jenis kendaraan seperti ini bagi almarhum adalah cukup familiar. Korban cukup mengenal kendaraan-kendaraan yang berakrakter high speed (kecepatan tinggi) atau hal-hal yang menyangkut olahraga otomotif," kata Jusri saat menyampaikan pandangannya soal kecelakaan maut tersebut kepada detikOto.

Selain mengenali karakter mobil, masalah nonteknis juga menjadi penentu keselamatan berkendara dengan mobil berperforma tinggi. Salah satunya adalah kontrol emosi.

ADVERTISEMENT

"Setiap kita mendekati sebuah kendaraan bermotor yang sedikit lebih berbeda dengan kendaraan umumnya, misalnya Nissan GT-R, ketika kita melihat saja bentuknya itu ada sebuah sensasi yang membuat degup jantung kita berdetak kian keras, dan ini akan semakin keras ketika kita mendekat kendaraan tersebut. Ketika kita diberi kesempatan mencoba kendaraan tersebut atau ketika kita lebih mendengar raungan mesinnya, degup jantung kita semakin keras," ujar Jusri.

"Pada saat degup jantung kita makin keras, orang yang belum pernah mengendarai kedaraan tersebut, degup jantungnya atas dasar senang dan takut, takut dengan alasan macam-macam, senang karena dapat kesempatan. Namun degup jantung ini semakin keras ketika diberikan kesempatan, yang ada pada dirinya adalah ketakutan. Dari ketakutan tadi akhirnya yang terjadi adalah ketagihan, karena pada saat mendekati kendaraan untuk kelompok orang yang baru (melihat atau mencoba mobil itu), ada satu zat endorfin yang akan semakin besar, melimpah, ketika seorang merasakan suatu yang terkait dengan sensasi. Ketika endorfin keluar orang akan merasakan senang, senang ini akan mengeluarkan adrenalin. Ketika mencapai adrenalin, orang akan lupa diri, di sinilah kejadian fatal bisa terjadi," jelasnya.

Orang yang berpengalaman mengendarai mobil performa tinggi pun sama. Menurut Jusri, ketika melihat atau mencoba mobil berperforma tinggi mereka tetap mengalami detak jantung yang semakin keras.

"Sensasinya macam-macam. Begitu dengan raungan mesin, dia bergairah. Begitu masuk ke kokpit suasana sudah lupa, itu terjadi pada kebanyakan orang. Apalagi dia sudah merasakan beberapa saat sensasi akselerasi, manuver-manuver. Ini jadi addict, adrenalin jadi luar biasa. Di sinilah kemampuan persepsi, logika, SOP yang ada di kepala hilang semua. Bahkan bisa terjadi pada orang yang berpengalaman sekalipun," ucap Jusri.

Jusri melanjutkan, ketika 'mimpi' seseorang untuk mengendarai mobil impiannya menjadi nyata, kesenangan itu akan meluap. Hal itu menimbulkan adrenalin. Adrenalin itulah yang bisa membuat pengendara mobil berperforma tinggi lupa terhadap cara berkendara dengan aman.

"Jadi selain menguasai kendaraan secara teknikal, kita juga harus menguasai diri kita. Khususnya pada aspek nonteknikal tadi. Itu adalah kontrol di zona di diri kita sendiri," pungkas Jusri.




(rgr/din)

Hide Ads