Pelajaran dari Kecelakaan Wakil Jaksa Agung: Kenali Karakter Mobil

Pelajaran dari Kecelakaan Wakil Jaksa Agung: Kenali Karakter Mobil

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Senin, 06 Apr 2020 11:07 WIB
Mobil Nissan GT-R yang dikemudikan Wakil Jaksa Agung Arminsyah terbakar
Mobil Nissan GT-R yang dikemudikan Wakil Jaksa Agung Arminsyah terbakar. Foto: (dok.istimewa).
Jakarta -

Wakil Jaksa Agung, Arminsyah, meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas saat mengendarai Nissan GT-R di Tol Cibubur, Sabtu (4/4/2020). Ada pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian ini, terutama soal keselamatan berkendara.

Menurut Jusri Pulubuhu, Instruktur dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Arminsyah merupakan orang yang cukup paham dengan dunia otomotif dan mobil-mobil kencang. Kebetulan, latar belakang Arminsyah adalah penghobi olahraga otomotif yang beberapa kali ikut balapan mobil di sirkuit.

"Pada intinya jenis-jenis kendaraan seperti ini bagi almarhum adalah cukup familiar. Korban cukup mengenal kendaraan-kendaraan yang berkarakter high speed (kecepatan tinggi) atau hal-hal yang menyangkut olahraga otomotif," kata Jusri saat menyampaikan pandangannya soal kecelakaan maut tersebut kepada detikOto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Jusri, ada aspek teknis dan nonteknis yang menyebabkan kecelakaan maut. Soal aspek teknis, kata Jusri, ketika orang berbicara soal mobil berperforma tinggi, maka yang dibayangkan adalah bagaimana pengemudi menangani mobil buas tersebut dengan optimal.

Mobil Nissan GT-R Terbakar di Tol CibuburMobil Nissan GT-R Terbakar di Tol Cibubur Foto: screenshot video

"Yang sering terjadi di dalam pencapaian objektif ini orang hanya menanyakan bagaimana fitur ini, fungsi fitur ini dan letaknya di mana dan cara pengoperasianya. Tapi sebenarnya ada strategi yang bisa menjadi SOP dari pengoperasian sebuah kendaraan yang belum kita kenal, tapi dalam konteks kemarin almarhum seharusnya sudah mengenal. Karena almarhum juga sudah beberapa kali mencoba kendaraan supercar di sirkuit," kata Jusri.

ADVERTISEMENT

SOP tersebut menjadi pegangan para pebalap profesional ketika melakukan aktivitas mengendarai mobil dalam kompetisi. Adapun SOP yang dimaksud Jusri adalah mengenali karakter supercar sebelum gaspol di jalan raya atau di sirkuit.

"Kita lihat setiap balapan ada warming up, di mana para pebalap melakukan putaran (lap). Selain bertujuan mengecek kondisi lapangan, sebenarnya mereka lagi beradaptasi dengan karakter kendaraan, kita lihat mereka akselerasi tiba-tiba dan braking (mengerem) tajam, ada gerakan ke kiri, ke kanan untuk mendapatkan input. Tujuan bukan hanya sightseeing tapi mereka ingin beradaptasi dengan karakter-karakternya. Karakter-karakter ini tidak bisa dilihat, ini harus dirasakan," jelas Jusri.

Ia menekankan setidaknya ada tiga karakter mobil yang perlu dikenali sebelum gaspol. Yang pertama adalah karakter power atau akselerasi.

"Kita mungkin bisa menggunakan gigi yang relatif tinggi, 2, 3 ke atas dan kita melakukan akselerasi sehingga kita tahu seberapa besar kontrol yang harus kita berikan, sesuai keamanan dai aspek lain," ujarnya.

Yang kedua, pada saat yang sama pengemudi juga harus mengenali karakter pengereman mobil. Karena, karakter tersebut berbeda setiap mobil, bahkan pada produk yang sama dengan unit yang lannya pun memiliki karakter yang berbeda.

"Ada yang terlalu sensitif, ada yang tinggi, ada yang responnya sedikit lambat. Pada kecepatan normal untuk kendaraan reguler mungkin tidak pengaruh, tapi untuk supercar itu sangat sensitif, terlalu over pressure terhadap rem kaki atau angkat gas saja itu memberikan efek tertentu yang impact-nya kepada handling itu sendiri. Orang yang mengemudikan supercar perlu input-input ini di otaknya dan harus fresh atau up to date. Intinya harus mendapatkan informasi tentang akselerasi atau deselerasi kendaraan," ucapnya.

Karakter ketiga yang harus dikenali pengemudi adalah steering atau handling mobil. Pengemudi harus tahu input atau gerakan tertentu terhadap mobil di berbagai kondisi.

"Input-input yang diberikan pada gerakan-gerakan tertentu apakah lurus, atau nikung, itu harus terekam dengan baik di otak si pengemudi," katanya.

"Jadi ada tiga karakter: power, braking, steering atau handling. Sehingga pengemudi paham berapa besar inputnya pada kecepatan sekian atau sudut derajat tikungan sekian. Ternyata kalau melihat ini cukup sulit, artinya secanggih-canggihnya kendaraan, kendaraan tersebut bisa mematikan kita kalau kita sekadar membejek, tapi saya yakin para pembalap atau profesional atau almarhum paham hal ini," simpulnya.

Karenanya, Jusri mengatakan ada faktor lain juga yang bisa menjadi penyebab kecelakaan maut. Yaitu dari faktor non-teknis atau penguasaan emosi diri saat mengendarai mobil kencang. Soal faktor non-teknis yang dijelaskan Jusri akan ditulis dalam artikel berikutnya. Simak terus detikOto!



Simak Video "AC Mobil Mendadak Tak Dingin dan Hanya Keluar Angin? Coba Cek Ini Deh!"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads