1. Perhatikan Kebutuhan
Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho, menyarankan supaya lebih dulu memperhitungkan kebutuhan mobil untuk keperluan sehari-sehari. Jika belum mendesak, disarankan jangan dulu membeli mobil.
"Menurut saya pribadi sebelum kita memutuskan ambil mobil dengan kondisi gaji 3 sampai 4 juta, pertanyaannya, seberapa urgent sih kita untuk punya mobil?," kata Andy dalam perbincangan dengan detikOto, belum lama ini.
Bagi yang sudah berkeluarga, Andy menyarankan untuk diutamakan dulu kebutuhan primernya seperti pangan, papan, sandang, termasuk juga kebutuhan pendidikan untuk anak-anaknya.
Sementara untuk pekerja yang baru memulai karier setelah lulus kuliah dan berstatus lajang, juga perlu melihat seberapa mendesakkah kebutuhan untuk memiliki mobil pribadi.
"Kalau kemudian kebutuhannya untuk (taksi online) misalnya mau nge-Grab atau Gocar, itu masih diperbolehkan. Tapi kalau misalnya hanya untuk sekadar lifestyle punya-punyaan aja. Saya sih belum melihat itu sebagai suatu yang urgent," terang Andy.
2. Siapkan Uang Muka Besar
Setelah diyakini ada kebutuhan mendesak barulah boleh memutuskan membeli mobil. Tapi itu pun dengan catatan harus sudah memiliki uang muka dalam jumlah cukup. Artinya Anda harus menabung dulu sampai uangnya terkumpul.
"Itu disesuaikan kemampuan kita. Misalnya dengan gaji Rp 3 juta-Rp 4 juta kita sebulan kita bisa nabung Rp 1 juta. Kalau harga LCGC itu Rp 150 juta aja, kita tinggal ambil 20 persennya berarti ketemu uang muka Rp 30 juta. Artinya, kita harus nabung paling nggak 30 bulan untuk bisa bayar DP-nya doang," bilang Andy.
Andy menyarankan supaya tetap patuh pada aturan main DP minimal. Ia juga menganjurkan, supaya jangan termakan bujuk rayu sales dealer yang mengiming-imingi DP murah. Dan lebih baik justru memperbesar uang mukanya supaya angsurannya ringan.
"Karena hitung-hitungan cicilan per bulan itu maksimal 30 persen dari penghasilan. Jadi misal gaji Rp 4 juta maka cicilan dia ketemu di angka Rp 1,2 juta per bulan. Kalau ternyata cicilannya lebih besar dari itu, biasanya enggak lolos di BI checking. Artinya, untuk bisa mendapat cicilan Rp 1,2 juta DP-nya harus digedein sama dia," jelas Andy.
Kami coba menyimulasikan biaya cicilan Rp 1,2 juta dikali tenor waktu 5 tahun atau 60 bulan, maka ketemu angka Rp 72 juta di luar bunga. Kasarnya, jika ingin mendapatkan angka cicilan seperti itu, maka Anda perlu membayar uang muka tak kurang dari Rp 78 juta.
(Lanjut Halaman Berikutnya: Pilihan Mobil yang Bisa Dibeli)
3. Beli Mobil di Kisaran Harga Rp 150 Juta
Dengan penghasilan Rp 4 juta per bulan, pilihan mobil yang bisa Anda beli cukup terbatas, yakni hanya mobil di kisaran harga Rp 150 juta. Segmen mobil yang ada di rentang harga itu adalah tipe mobil murah.
"Iya karena paling murah memang di kisaran segitu. Kelas-kelasnya ya mobil LCGC (Low Cost Green Car)," bilang Andy.
Mobil di rentang harga tersebut pilihannya cukup banyak. Dari LCGC kapasitas 5 penumpang ada merek New Daihatsu Ayla 1.2 R AT DLX E4 yang dibanderol Rp 155.350.000, Toyota Agya 1.2 G M/T TRD Rp 150.600.000, Honda Brio E M/T Rp 154.700.000, serta Suzuki Karimun Wagon R GS AGS Rp 149.000.000.
Sementara untuk LCGC berkapasitas 7 penumpang, pilihannya ada New Toyota Calya G M/T Rp 151.200.000 dan Daihatsu Sigra 1.2 X AT MC Rp 150.050.000.
(Lanjut Halaman Berikutnya: Jangan Ada Cicilan Lain yang Membebani)
4. Jangan Punya Cicilan Lain yang Bisa Membebani
Supaya angsuran per bulan tetap lancar dan tidak membebani keuangan, sebaiknya jangan mempunyai tanggungan-tanggungan lain di luar itu.
"Jadi misalnya gaji kita sebulan Rp 4 juta nih. Kalau diambil 30 persennya, berarti ketemu angka Rp 1,2 juta," bilang Andy.
Dengan anggaran hanya Rp 1,2 juta per bulan untuk membayar cicilan, maka sangat sedikit sekali barang atau kebutuhan yang bisa diangsur.
"Misalkan cicilan mobil Rp 1 juta, terus nyicil KPR lagi misal Rp 500 ribu deh. Udah Rp 1,5 juta, belum lagi nanti untuk kebutuhan lain kayak beli TV, beli kulkas, dan lain-lainnya. Bisa jadi lebih dari 50 persen penghasilan kita habis untuk bayar cicilan doang," terang Andy.
Jika hal itu dipaksakan, menurut Andy akan sangat berbahaya bagi kestabilan keuangan rumah tangga. Terlebih jika sumber penghasilan utama hanya dari salah satu pasangan suami istri saja.
"Itu akan riskan sekali karena kita masih harus sisakan biaya untuk sekolah anak, biaya makan sehari-hari, terus kadang kita juga perlu piknik, akan riskan di situ. Jadi kebutuhan yang lain tidak akan terpenuhi," ujarnya lagi.
(Lanjut Halaman Berikutnya: Buat Mobil Jadi Barang yang Bisa Menghasilkan Uang)
5. Buat Mobil Jadi Barang Produktif
Jika sudah memutuskan untuk membeli mobil, maka pastikan bahwa itu mendatangkan manfaat. Artinya jangan sampai membeli mobil hanya untuk mengejar gaya hidup.
"Kalau cuma buat lifestyle doang mending jangan. Tapi kalau kemudian beli mobil untuk kita sewakan. Atau untuk narik Grab narik Gocar. Menurut saya itu jatuhnya kayak investasi, karena kan dia jadi penghasil uang buat kita, jadi semacam alat produksi," kata Andy.
Sebaliknya, jika mobil tersebut tidak dimaksimalkan manfaatnya atau tujuan membeli hanya untuk memenuhi gaya hidup, maka mobil bisa dikatakan bukan investasi yang baik.
"Kalau kita memang beli dianggurin doang di rumah terus juga kita beli mobilnya yang biasa-biasa aja, mobil sejuta umat bukan barang koleksi ya dia pasti penyusutannya akan tinggi banget. Rata-rata setahun itu kan sampai 15 persen ya penyusutannya," terang Andy.
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah