"Cukup banyak pengendara motor muslim yang sehari-hari membawa motor sampai total jarak tempuh 100 km, itu banyak sekali di kota-kota besar. Misalnya rumah di Tangerang, kerja di pabrik di Bekasi. Ini menjadi ujian saat ia menjalani puasa," kata instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting Jusri Pulubuhu, kepada detikcom, Selasa (7/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika pulang terjadilah kemacetan yang membuat ketahanan stamina pengguna motor ini terganggu secara emosional. Rentan marah, dan gampang terjadi konflik akibat lemah persepsi, lemah motorik, dan kondisi mental terganggu," jelas Jusri.
Maka itu, menurut Jusri sebaiknya orang-orang yang melakukan perjalanan panjang pada aktivitas motor pada bulan puasa ini, agar lebih memperhatikan pola istirahatnya.
"Misalnya setelah salat tarawih tidak usah berlama-lama lagi melakukan aktivitas lain, langsung istirahat. Kemudian pola waktu sahur. Biasanya ada orang sahur di jam 2 kemudian tidur, bangun lagi menjelang shubuh. Kemudian dia tidur lagi nanti jam 6 baru jalan. Siklus tidur semacam ini akan memperburuk kualitas istirahat," terang Jusri.
"Jadi sebaiknya habis salat tarawih, nggak lama kemudian dia tidur. Nanti menjelang imsak begitu, misalnya jam 4, dia bangun untuk sahur. Makan sahur setengah jam setelah itu sholat subuh, kemudian bisa lanjut tidur. Nanti jam 6 baru berangkat kerja," pungkasnya.
Kebutuhan Transportasi Online Meningkat di Bulan Puasa:
(lua/lth)
Komentar Terbanyak
Punya Duit Rp 190 Jutaan: Pilih BYD Atto 1, Agya, Brio Satya, atau Ayla?
Segini Beda Penjualan Toyota Alphard vs Denza D9, Beda Jauh
Jarak Tempuh Baterai Mobil Listrik: Kenyataan Tak Seindah Klaim