Mereka menilai ada beberapa instrumen kendaraan yang memiliki fungsi hampir sama dengan GPS contohnya spion. Artinya GPS dapat diperlakukan sebagai spion, yakni hanya dilirik bukan dilihat.
Instruktur dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan sependapat dengan RSA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tetapi kita juga diminta untuk melirik ke kiri dan ke kanan menggunakan kaca spion untuk mengantisipasi. Saat di jalan pun, kadang-kadang melihat billboard, mobil yang menarik, cewek, itu juga mengganggu konsentrasi kan?" ungkap Jusri.
"Oleh karena itu kita tidak boleh fokus, hanya boleh melirik sekilas saja, atau saya tambahkan mendengar instruksi audio yang ada, itu adalah sebuah cara untuk menyikapi penggunaan GPS," ujar Jusri.
"Dalam konteks RSA, sekedar melirik tanpa meninggalkan fokus konsentrasi terhadap seluruh bidang sisi pandang yang ada, depan, belakang, kiri belakang, itu tidak boleh dilepas," ungkap Jusri.
Jusri mengatakan penggunaan GPS memang bisa menjadi berbahaya apabila pengemudi tidak bijak dalam menggunakannya.
"Saya setuju dengan pendapat yang dikemukakan RSA. Intinya kalau mau menggunakan GPS, kita tidak boleh menambah adanya multitasking di dalam konsentrasi kita," ungkap Jusri.
"Kalau sampai memegang screen GPS, lebih-lebih saat dia menyetir tangan kiri memegang GPS sambil lihat kiri kanan. Ini sudah pasti tidak dibenarkan," kata Jusri.
Lebih lanjut, ia juga mengatakan jika ada pendamping atau penumpang, biarkan dia yang memonitor penggunaan GPS dan mengarahkan tujuan sebagai navigator. (riar/dry)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah