-
Tahun ini Indonesia semakin gencar memperkenalkan mobil listrik ke konsumen dan tentunya diiringi oleh regulasi yang terus digodok pemerintah. Dari para produsen mobil tentunya dengan mendatangkan produk mobil listrik mereka yang disambut dengan penyedia Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) untuk pengisian daya.
Awal tahun 2018, Mitsubishi Motors Corporation (MMC) Jepang melalui Mitsubishi Indonesia menyumbangkan 10 mobil beremisi rendah kepada Kementerian Perindustrian Indonesia. Ke-10 mobil emisi rendah itu terdiri dari 8 Mitsubishi Outlander PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) dan 2 unit Mitsubishi i-MiEV.
Beberapa bulan berselang Toyota mengikuti langkah Mitusbishi untuk menyumbangkan mobil listrik ke Pemerintah. Toyota menyerahkan 18 unit kendaraan yang terdiri dari 6 unit Prius hybrid, 6 unit Prius plug in hybrid electric vehicle (PHEV), dan 6 unit Corolla kepada pemerintah untuk selanjutnya diberikan kepada 6 PTN (Perguruan Tinggi Negeri) guna riset serta studi mendalam kendaraan listrik.
Selain penyerahan mobil listrik, sejumlah APM juka memberikan sumbangan Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) kepada BUMN seperti PLN dan Pertamina.
Bulan lalu PT PLN (Persero) bekerja sama dengan Produsen Mobil asal Jerman, BMW untuk membangun SPLU (Stasiun Pengisian Listrik Umum). Tak lama berselang Pertamina juga mendapatkan sumbangan 4 charging station di SPBU Kuningan, Jakarta Selatan. 4 charging station yang baru diterima Pertamina disumbangkan oleh Mitsubishi, BMW, dan Bosch.
Menepati janjinya, Mitsubishi Motors Corporation (MMC) Jepang melalui Mitsubishi Indonesia menyumbangkan 10 mobil beremisi rendah dan empat unit pengisian daya (charging units) kepada Kementerian Perindustrian Indonesia.
"Hari ini merupakan sebuah momen penting untuk Mitsubishi Motors, pemerintah Indonesia dan masyarakat Indonesia yang mendapat manfaat dari peningkatan kepemilikan mobil, komunitas yang lebih terhubung, serta lingkungan yang lebih aman dan ramah," ujar CEO Mitsubishi Motors, Osamu Masuko, di gedung Kemenperin, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (26/2/2018).
Sumbangan 10 unit mobil dan empat unit pengisian daya itu salah satu faktornya kata Osamu, karena Mitsubishi melihat Indonesia sebagai negara yang punya potensi pasar yang kuat.
Ke-10 mobil emisi rendah itu terdiri dari 8 Mitsubishi Outlander PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) dan 2 unit Mitsubishi i-MiEV. Hari ini Mitsubishi Motors memberikan 8 unit Mitsubishi Outlander PHEV yang merupakan model SUV plug-in hybrid, 2 unit kendaraan listrik i-MiEV dan 4 unit quick charger kepada pemerintah Indonesia.
 Mitsubishi Beri 10 Mobil listrik Foto: Khairul Imam Ghozali |
"Kami melihat Indonesia sebagai salah satu pasar paling menjanjikan di Asia Tenggara, dengan populasi muda yang bersemangat untuk membuka peluang kepemilikan mobil. Kesempatan ini turut membawa tantangan, seperti menyeimbangkan dorongan menuju kepemilikan mobil yang lebih besar dengan perlunya menjaga lingkungan," tuturnya.
Selain itu, sumbangan tersebut juga dinilai sebagai kontribusi langsung produsen berlambang tiga berlian asal Jepang itu, untuk perkembangan tren kendaraan beremisi rendah atau ramah lingkungan di Indonesia.
Juga, 10 unit mobil dan 4 unit pengisian daya itu dilakukan Mitsubishi Motors sebagai bagian dari studi bersama dengan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia terkait pengembangan infrastruktur kendaraan listrik Indonesia.
"Saat ini Mitsubishi Motors memberikan sebuah kontribusi langsung terhadap transisi Indonesia ke era ekonomi rendah karbon dengan menyumbangkan 10 kendaraan listrik dan 4 unit quick charger ke Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 10 kendaraan baru ini akan dikerahkan oleh Kementerian dalam serangkaian studi bersama yang secara langsung akan mendukung pengembangan infrastruktur kendaraan listrik Indonesia yang sedang berkembang. Studi ini merupakan langkah untuk menuju pencapaian visi "Smart Cities" yang benar-benar akan melihat penyampaian teknologi untuk masyarakat," papar Osamu.
Setelah Mitsubishi, pabrikan Jepang lainnya, Toyota, menyumbangkan mobil hybrid kepada pemerintah lewat Kementerian Perindustrian.
Toyota menyerahkan 18 unit kendaraan yang terdiri dari 6 unit Prius hybrid, 6 unit Prius plug in hybrid electric vehicle (PHEV), dan 6 unit Corolla kepada pemerintah untuk selanjutnya diberikan kepada 6 PTN (Perguruan Tinggi Negeri) guna riset serta studi mendalam kendaraan listrik.
Riset yang nanti akan dilakukan keenam perguruan tinggi tersebut rencananya akan berjalan dalam dua tahap. Tahap pertama peneliti dari UI, ITB, UGM akan menguji aspek teknikal seperti jarak tempuh, emisi, infrastruktur, dan kenyamanan pelanggan saat digunakan sehari-hari selama periode tiga bulan ke depan.
Selain itu, Toyota juga membangun enam unit stasiun pengisian level dua (4 jam pengisian, 3.500 watt) serta menyediakan asistensi teknik dalam kegiatan studi komprehensif kendaraan elektrik.
Kendaraan tersebut nantinya akan dipelajari mengenai aspek teknikal seperti jarak tempuh, emisi, infrastruktur, dan kenyamanan pelanggan melalui pelacakan data dalam penggunaan sehari-hari di tiga kota besar Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta selama periode tiga bulan.
Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono menyatakan harapan dari program ini ada empat sektor yang ingin Toyota pelajari. Pertama, adalah sebagai bagian dari upaya memperkenalkan mobil elektrifikasi kepada masyarakat.
 Toyota Sumbang Mobil Listrik Foto: Ruly Kurniawan |
"Jadi memperkenalkan kesulitan dan kemudahan produk tersebut. Karena kita itu adalah salah satu negara yang pasarnya akan besar sekali. Jadi itu menjadi peluang kita untuk memasarkan electrified vehicle ini," kata Warih.
Harapan selanjutnya adalah mengenai infrastruktur, ia menyampaikan bahwa sebelum mobil listrik ada mobil plug in hybrid yang merupakan tahap awal untuk mengurangi sedikit fokusnya untuk membenahi infrastruktur.
"Belum kita masuk ke era electrified vehicle," ungkapnya.
Terakhir, Toyota juga berharap dari studi nanti bisa memberi masukan mengenai suply chain maupun masukan-masukan lebih konkret lainnya.
"Jadi industri electrified vehicle ini sudah ada sebetulnya, dan menjadi komitmen Toyota untuk memperkenalkan semua line up electrified vehicle di Indonesia. Jadi sesuai preference-nya costumer di Indonesia kita akan melaunching model-model yang diharapkan oleh masyarakat," jelasnya.
"Kita juga berharap agar kesenjangan antara kendaraan konvensional dengan elektrik ini tidak terlalu besar seperti sekarang. Itu juga menjadi salah satu tujuan kita agar konsumen menyukai kendaraan elektrik," tambahnya.
Adapun tantangan kehadiran mobil listrik ini selain daripada regulasi adalah konsumen sendiri. Menurutnya, konsumen dalam hal ini sangat penting. Selain itu masalah suply chain, karena 30 persen kendaraan listrik ini komponennya akan berubah power trainnya.
"Jadi kita sedang mempersiapkan suply chain yang sekarang untuk siap menghadapi perkembangan di masa depan," pungkasnya.
Guna menunjang infrastruktur kendaraan berbasis listrik, PT PLN (Persero) terus berupaya untuk menyediakan prasarana yang dibutuhkan. Prasarana yang dimaksud ialah Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU)
General Manager PLN Disjaya M. Ikhsan Asaad mengatakan hingga saat ini PLN telah memiliki sekitar 1.700 unit SPLU. SPLU itu tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
"Sekarang 1.700 (SPLU)" kata Ikhsan di Jakarta, Rabu (14/11/2018). Ikhsan juga mengatakan, saat ini PLN telah bekerja sama dengan BMW untuk membangun SPLU. Melalui kerja sama itu, PLN bertujuan untuk membuat SPLU lebih banyak lagi.
Selain itu, tambah Ikhsan, perseroan juga sedang mengembangkan infrastruktur pengisian listrik cepat atau fast charging. PLN nantinya juga akan memasang infrastruktur SPLU tersebut di rest area jalan tol.
"Kita develop bersama BMW juga. Mereka kasih kami, nah ke depan kita akan bikin lagi seperti itu lebih banyak," kata Ikhsan.
"Kita sekarang lagi inisiasi fast charging nanti sesuai dengan kebutuhan misalkan di kota ya nanti kalau memang ternyata populasinya bertambah ya kendaraan listrik, bus listrik, kita juga akan pasang di rest area di tol misalkan Jakarta Cipularang, Cikampek nanti kita lihat lah," jelasnya.
Pertamina meluncurkan Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) di SPBU COCO Pertamina 31.12.902 yang terletak di Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta (10/12/2018). SPLU ini merupakan pemanfaatan energi terbarukan yang didorong oleh Kementrian ESDM.
"Bauran energi telah menjadi komitmen pelaku energi di dalam negeri. Peresmian pilot project GES ini menandai masuknya era kendaraan listrik yang akan berkembang," jelas Menteri ESDM Ignasius Jonan pada kesempatan yang sama.
Pertamina mengatakan langkah ini merupakan antisipasi dan kesiapan Pertamina dalam menghadapi disruption business dari kendaraan konvensional berbahan bakar minyak ke arah kendaran listrik, Pertamina akan menghadirkan fasilitas pengisian listrik untuk kendaraan listrik dalam rangka mengembangan Ekosistem Bisnis Kendaraan Listrik kedepan dengan mengusung nama Green Energy Station (GES).
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bisnis pengisian baterai tersebut merupakan bagian yang terintegrasi dari bisnis SPBU Pertamina di masa depan.
"Konsep utama GES memiliki 3 konsep, Konsep Pertama, Konsep Green yang memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di area SPBU yang dimiliki, Konsep Kedua, Konsep Future yang memiliki EV Charging Station, Konsep Ketiga, Konsep Digital yaitu My Pertamina yang menjadikan pembayaran di SPBU cashless serta adanya self-service. Kedepan GES diproyeksikan akan menjadi tempat untuk pengisian baterai EV serta tempat untuk swapping baterai yang didedikasikan untuk sepeda motor listrik kecil," jelasnya.
 SPLU di SPBU Pertamina Foto: Ridwan Arifin |
Saat ini pilot project GES telah hadir menjawab tantangan tersebut. Di SPBU ini telah terpasang 4 (empat) unit charging station dimana 2 (dua) unit merupakan tipe fast charging yang mampu mengisi penuh baterai kendaraan listrik dalam waktu kurang dari 15 menit dan 2 (dua) unit merupakan tipe normal charging.
Pertamina mendapatkan dukungan dari berbagai sektor mulai dari Pemerintah melalui Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian, serta sinergi BUMN dengan Telkom dan PLN, Lembaga Pendidikan melalui UI, dan pelaku bisnis kendaraan listrik BMW, Toyota, Mitsubishi, dan Gesits serta pelaku bisnis charging station Bosch.
Nicke mengharapkan, GES dapat meningkatkan kualitas pelayanan ritel Pertamina melalui sistem yang cepat dan handal. Kecepatan tersebut didukung dengan sistem digitalisasi SPBU melalui standarisasi POS System dan cashless payment melalui MyPertamina.
Pertamina telah bersinergi dengan Telkom dalam menghadirkan konsep cashless payment MyPertamina dan dashboard monitoring system untuk mempermudah Management maupun stakeholder terkait untuk memantau secara langsung penjualan yang terjadi di setiap titik SPBU.
Pada SPBU GES nantinya juga akan disediakan fasilitas swapping battery untuk menjawab kebutuhan motor listrik. Saat ini Pertamina telah bekerjasama denga GESITS untuk pengembangan motor listrik.
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?