Honda EM1 e: memberi warna baru dunia motor listrik di Indonesia. Sebagai raksasa otomotif yang berpengalaman membuat sepeda motor di Tanah Air, kehadiran Honda EM1 e: menarik untuk diulas. Lantas seberapa menyenangkan motor ini dipakai harian? berikut review Honda EM1 e: saat dipakai harian.
Redaksi detikOto mendapatkan unit tes Honda EM1 e: Plus dari PT Astra Honda Motor, perbedaan varian ini hanya terdapat rear rack pada bagian belakang dibandingkan varian standar.
Penasaran dengan motor listrik compact itu, kami menjajal motor listrik itu dari indikator baterai penuh alias 100 persen hingga benar-benar habis, sampai motor tidak bisa dijalankan lagi. Selain itu, kami juga menjajal motor ini untuk dipakai harian Jakarta-Depok pulang pergi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Impresi handling, akselerasi, dan posisi berkendara Honda EM1 e: Plus buat harian
![]() |
Saya memiliki tinggi badan 168 cm, saat duduk di atas jok Honda EM1 e: konturnya cukup empuk. Tapi posisi kaki, cukup berbeda dengan Honda BeAT yang didesain sebagai motor komuter harian.
Honda EM1 e: punya ground clearance yang ramah untuk tinggi rata-rata orang Indonesia. Kaki sangat mudah menapak tanah.
Namun posisi kaki, terutama area paha ke bawah jaraknya pendek. Mengendarai motor ini untuk waktu yang sebentar rasanya tidak masalah, tapi untuk komuter jauh, rasanya posisi berkendara Honda EM1 e: kurang pas.
Pada area ruang kaki memiliki pijakan yang luas dan datar. Setelah dicoba dengan ukuran sepatu 43 masih tersisa banyak. Kondisi ini cocok untuk membawa barang.
Ketika naik di atasnya motor ini terasa ringan. Bobot Honda EM1 e: hanya 94 kilogram, secara lembar spesifikasi lebih berat dari Honda BeAT. Namun ketika menjajalnya di area test ride, handling Honda EM1 e: terasa lebih enteng daripada Honda BeAT. Walhasil pengendalian motor ini sangat mudah dan manuvernya lincah!
Dengan bobot yang ringan dan ukuran yang compact, Honda EM1 e: dapat diandalkan untuk melibas kemacetan.
Motor listrik yang pelan, hati-hati saat dipakai nyalip
Honda EM1 e: sepertinya didesain untuk komuter jarak dekat. Motor ini diklaim punya power maksimal 2,3 hp (1,7 kW) di 540 rpm. Jauh dibanding Honda BeAT yang mencapai 9 hp.
Terdapat dua mode yang ditawarkan yakni Econ dan Standar. Impresi pertama ketika mencoba motor ini bukan torsi instan yang ditawarkan. Distribusi tenaganya halus, tidak nyentak seperti motor listrik murah. Akselerasi ini akan terasa ramah bagi yang belum pernah menjajal motor listrik.
Lanjut menggunakan mode Econ. Distribusi tenaganya melambat jika dibanding memakai mode standar. Bisa dibilang ini mode hemat, fungsinya untuk memperpanjang jarak tempuh Honda EM1 e: tapi akselerasinya berkurang. Saat memakai mode ini, bisa mencapai top speed 28 km/jam.
Menguji klaim jarak tempuh Honda EM1 e: Plus
Redaksi detikOto membawa motor etape pertama dari Lebak Bulus, Jakarta Selatan, lalu dipakai berkeliling Depok, Jawa Barat sampai baterai benar-benar habis.
Sekadar informasi, saya yang menjadi penguji motor ini punya 78 kilogram ditambah membawa Honda Power Pack Charger e: dan baterai cadangan yang beratnya mencapai 15 kg. Jadi bobot yang dibawa motor listrik itu 93 kilogram, sedangkan klaim Honda bisa memuat bobot yang bisa diangkut 170 kg - 180 kg.
Honda menyebut dengan mode standar bisa mencapai jarak 41,1 kilometer. Angka penggunaan motor listrik itu didapat berdasarkan pengetesan World Motorcycle Test Cycle atau WMTC. Tetapi bisa saja berbeda dengan penggunaan yang sebenarnya.
Saya memulai perjalanan dari Lebak Bulus dengan kondisi indikator baterai 100 persen. Setelah berjalan 10,3 kilometer, kondisi baterai turun menjadi 76 persen.
Honda punya dua mode berkendara, yakni ECON dan Standar. Tapi kami memilih mode standar karena distribusi tenaga dan akselerasinya lebih oke dari ECON. Saat menggunakan mode standar, top speed dalam layar multi informasi display (MID) mencapai 48 km/jam.
Tetapi kami menggunakan alat navigasi yang berbasis di Global Positioning System (GPS), top speed Honda EM1 e: sesuai klaim Honda, yakni hanya 45 km/jam.
Perjalanan lanjut sampai di Tugu Kota Depok, sebagai perbatasan dengan Jakarta Selatan. Jarak tempuh sudah mencapai 19,8 km sedangkan indikator baterai sudah sampai 51 persen. Tim detikOto terus gaspol motor listrik tersebut, sisa baterainya tinggal 10 persen saat sudah menempuh jarak 31,3 km. Artinya untuk sampai di angka klaim Honda, masih ada 9,8 km lagi yang harus ditempuh.
Dengan baterai yang tersisa, terbesit rasa khawatir apakah motor listrik Honda ini bisa mencapai 41,1 km.
Saat indikator sudah di bawah 8 persen muncul logo kura-kura di samping kiri atas pada layar MID. Kecepatan motor semakin lambat, top speed-nya dibatasi jadi sekitar 37 km/jam saja. Padahal sedang menggunakan mode standar, bukan ECON.
Indikator baterai sudah nol persen saat mencapai jarak 37 kilometer. Ternyata motor listrik itu masih sanggup berjalan. Top speed-nya hanya 37 km/jam.
Kecepatan motor melambat ketika sudah mencapai jarak tempuh 41,1 km, muncul logo peringatan hingga indikator baterai. Motor sudah tidak bisa dijalankan lagi. Itu artinya motor ini sesuai dengan klaim Honda, sedangkan pemakaian baterai saat mencapai indikator nol persen itu masih bisa dipakai sejauh 4,1 km.
Honda EM1 e: menggunakan baterai lithium ion dengan kapasitas 29,4 Ah/1.494 Wh. Beratnya mencapai 10,2 kilogram. Untuk pengisian ulang dari titik nol hingga 100 persen memakan waktu 6 jam.
Baterai dengan jarak tempuh yang pendek dan charger yang dijual terpisah
Tim detikOto menggunakan EM1 e: sebagai motor komuter harian untuk aktivitas dari Tendean-Depok pulang pergi. Untuk jarak tempuhnya memang kurang memadai.
Kebetulan Honda memberikan baterai cadangan, yang sayangnya tidak ada slot tambahan. Cukup merepotkan jika harus membawa motor ini dengan jarak lebih dari 41,1 km. Apalagi persebaran dealer Honda e:Shop dengan sistem swap belum begitu banyak.
Selain itu charger yang dijual Honda juga terpisah, walhasil bagi yang ingin mengisi daya ulang di rumah harus menambah biaya tambahan sekitar Rp 5 juta sampai 6 juta.
Harga Honda EM1 e: buat motor harian setara PCX 160
Harga Honda EM1 e: tanpa subsidi bisa tembus Rp 40 juta. Itu belum termasuk pembelian charger off board yang dijual sekitar Rp 5 juta hingga Rp 6 juta. Setelah terpotong subsidi harganya menjadi Rp 33 juta. Harganya setara dengan PCX 160 tipe termurah yang dijual Rp 32.670.000.
(halaman selanjutnya: biaya cas baterai, kelebihan, dan kekurangan Honda EM1 e:)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah