Menguji Navara di Buasnya Rimba Tanah Rencong

Menguji Navara di Buasnya Rimba Tanah Rencong

Fajar Pratama - detikOto
Selasa, 26 Mei 2015 15:55 WIB
Menguji Navara di Buasnya Rimba Tanah Rencong
Fajar Pratama-detikOto
Jakarta - All New Nissan NP300 Navara benar-benar dieksploitasi kemampuannya. Rimba Aceh menjadi penjajal mesin berkekuatan 2.488 cc empat silinder itu.

Pengujian itu dilakukan di β€ŽEkspedisi Tanah Rencong yang dimulai pada Kamis (21/5/2015) di titik Kilometer Nol Indonesia, di Sabang, Aceh.

Tujuh Navara tipe VL dan SL dilibatkan dalam media drive yang turut dibuka oleh President Director Nissan Motor Indonesia (NMI) Steve Ardianto ini.

Penasaran bagaimana ketangguhan Navara buas milik Nissan? Pantau yang berikut ini ya Otolovers.

Dari Sabang, tujuh Navara yang dikemudikan secara bergantian oleh 22 jurnalis ini menyeberang ke Banda Aceh. Dari ibukota provinsi, rombongan lantas bertolak 215 Km ke Bireuen.

Dalam perjalanan ke Bireuen itu, rombongan melintasi lintasan datar kemudian rute berkelok perbukitan. Mobil ini bisa lincah melahap trek yang masih tergolong ramah ini.

Sedikit mengulas mengenai sensasi berkendara dengan Navara, dari sudut pandang pengemudi, visibilitas amat baik. Body yang jangkung buat pandangan ke arah depan dan belakang leluasa.

Buat penumpang belakang, legroom masih cukup longgar. Pada posisi duduk normal, lutut masih mempunyai area gerak yang leluasa. Jok yang dilapis bahan kulit juga menambah kenyamanan kabin.

Kembali ke perjalanan, dari Bireuen, rombongan lantas bergerak ke Takengon, kota yang memiliki ketinggian 1200 meter di atas permukaan tanah. Rute menanjak tak menjadi kendala bagi mobil yang memiliki tenaga maksimum 190 dk/3600 rpm ini.

Dari trek itu, terasa bantingan suspensi Navara masuk kategori empuk. Salah satu poin plusnya, dia tidak mengorbankan stabilitas berkendara. Kombinasi karakter peredam kejut seperti ini dengan performa mesin yang sangat bertenaga menjadikan Navara nyaman dikendarai.

Navara bisa menyajikan sensasi itu karena suspensinya mobil ini didukung oleh Double Wishbone Coil Spring & stabilizer pada bagian depan dan multi link with coil spring with Shock Absorber pada bagian belakangnya.

Kontrol kemudi juga terasa lebih nyaman lantaran spesifikasi Nissan Navara memiliki sistem kemudi Rack and Pinion with EPS (Electronic Power Steering).

Setelah beristirahat dan sejenak menikmati indahnya danau Takengon, pada Jumat (22/5/2015) pagi tim ekspedisi berangkat ke Meulaboh. Dari sini kemampuan Navara benar-benar dieksploitasi.

Sedianya rombongan menempuh jalur langsung dari Takengon menuju Meulaboh. Namun di awal perjalanan, ada kesalahan pengambilan jalur oleh panitia yang menjadi lead car. Rombongan tidak bergerak langsung menuju Meulaboh yang berada di selatan Takengon, melainkan menuju timur laut.

Hingga akhirnya pada satu titik, di kampung Batu Kapur, Kecamatan Rakit Gaib, Kabupaten Gayo Lues, rombongan menyadari bahwa rute yang dipilih bukan rute yang direncanakan sejak awal.

Setelah berkonsultasi dengan penduduk lokal setempat, akhirnya diputuskan untuk tetap menuju Meulaboh melalui rute yang belum pernah disurvei sebelumnya.

Tim melintasi jalanan aspal berkelok yang semakin lama semakin menyempit. Hingga akhirnya aspal menghilang dan tinggalah rombongan dihadapkan pada jalanan berbatu dengan tanjakan yang cukup curam.

Seluruh mobil kompak beralih ke sistem 4 WD. Tinggal memutar kenop di kabin dan mengatur Limited Slip Differential (LSD) untuk mengubah mobil yang memiliki torsi maksimum 450 nm/2.000 rpm ini menjadi 'monster' offroad.

Di sistem 4WD itu, respons mesinnya terbilang cukup, melahap tanjakan terjal dan berbatu. Redaman sokbreker depan juga terasa cukup baik, tidak terlalu keras untuk ukuran pick-up double cabin.

Di belakang, bantingan sokrebreker belakang terasa cukup keras, apalagi batu-batu yang menjadi alas jalanan ini, semakin besar ukurannya. Akan tetapi yang menjadi poin plus di bagian belakang adalah legroom-nya yang tergolong cukup longgar.

Trek yang dilalui rombongan cukup variatif. Tanjakan terjal berbatu tak hanya lurus, namun beberapa kali berkelok-kelok. Rute seperti itu merentang sepanjang 30 Km.

Tak hanya itu saja, rombongan juga sempat terhambat pohon jatuh yang menghalangi jalan. Berkat bantuan penduduk lokal yang kebetulan melintas, batang pohon berdiameter setengah meter itu dipotong dengan gergaji mesin.

Baru sekitar pukul 23.30 WIB, rombongan menemukan jalan aspal yang menuntun ke perkampungan Kapur Merah, Kecamatan Babahrot. Di daerah terakhir ini sudah banyak dijumpai rumah penduduk.

Untungnya Navara memiliki kapasitas penyimpanan bahan bakar yang sanggup menampung 80 liter. Situasi tersesat selama kurang lebih tujuh jam pun membuat para peserta ekspedisi tidak terlalu cemas.

Kemudian rombongan bertolak ke Meulaboh dan lanjut ke Banda Aceh, terlambat 12 jam dari jadwal awal untuk tiba di ibukota Aceh itu.

Tapi pengalaman tersesat di belantara Tanah Rencong, menjadi bukti kemampuan Navara melahap ganasnya perbukitan di belantara, medan yang memang menjadi spesialisasi mobil ini.


Hide Ads