Dikaitkan dengan MotoGP, Ini Kesalahan yang Dilakukan F1 10 Tahun Lalu

Dikaitkan dengan MotoGP, Ini Kesalahan yang Dilakukan F1 10 Tahun Lalu

Luthfi Anshori - detikOto
Selasa, 25 Jul 2023 11:57 WIB
Ferraris Monegasque driver Charles Leclerc competes during the sprint shootout at the Red Bull race track in Spielberg, Austria on July 1, 2023, ahead of the Formula One Austrian Grand Prix. (Photo by VLADIMIR SIMICEK / AFP)
Ilustrasi mobil balap Formula 1. Foto: AFP/VLADIMIR SIMICEK
Jakarta -

Direktur KTM Motorsport Pit Beirer tidak terima pengembangan MotoGP saat ini didominasi oleh pengembangan dalam aspek aerodinamika. Dikatakan Beirer, MotoGP telah mengulangi kesalahan ajang balap mobil F1 (Formula 1) sepuluh tahun lalu.

"Saya tak mengerti, mengapa olahraga otomotif (MotoGP) kami yang hebat ini sekarang bikin kesalahan seperti yang dibuat di F1 sepuluh tahun lalu," terang Beirer dikutip Marca, Selasa (25/7/2023).

Adapun kesalahan F1 yang dimaksud Beirer adalah kesalahan karena terlalu fokus pada perubahan regulasi aerodinamika. Yup, tahun 2014 lalu balap F1 melakukan ubahan besar-besaran dari segi regulasi teknis, mulai mesin, aerodinamika, bobot, bahan bakar, hingga knalpot. Maka tak heran jika periode ini disebut sebagai revolusi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MotoGP - German Grand Prix - Sachsenring, Hohenstein-Ernstthal, Germany - June 17, 2023 Red Bull KTM Factory Racing's Jack Miller, Prima Pramac Racing's Jorge Martin and Ducati Lenovo Team's Francesco Bagnaia in action during the sprint race REUTERS/Lisi NiesnerMotoGP terlalu fokus pada pengembangan sistem aerodinamika Foto: LISI NIESNER/Reuters

Dikutip dari laman resmi Formula 1, pada tahun 2014, mesin mobil F1 berubah, dari sebelumnya mesin V8 2,4 liter N/A yang menghasilkan tenaga 750 dk dan juga tambahan 80 dk, menjadi mesin V6 1,6 liter turbo, dengan 600 dk dan tambahan 160 dk. Dengan mesin yang lebih kecil, regulasi bahan bakar pun diubah dari 160 kg menjadi hanya 100 kg.

ADVERTISEMENT

F1 musim 2014 berupaya mengubah mobil menjadi semakin minim hambatan dan semakin 'lengket' ke aspal dengan berbagai aturan baru pada aspek aerodinamika. Tidak tanggung-tanggung, ada tiga aspek yang diubah, dari sayap depan, flap belakang, hingga sasis dan bagian hidung.

Sayap depan dikurangi lebarnya dari 1.800 mm menjadi 1.650 mm, kemudian sayap flap belakang dipangkas menjadi 20 mm lebih kecil dari aturan sebelumnya. Perubahan ekstrem terjadi pada bagian sasis, di mana ketinggiannya dikurangi dari 625 mm menjadi 525 mm.

Kemudian tinggi bagian hidung telah dikurangi secara dramatis dari 550 mm menjadi hanya 185 mm. Ini untuk mengurangi potensi mobil terbang ketika terjadi kecelakaan. Ubahan lainnya, bobot mobil ditambah dari 642 kg menjadi 690 kg.

Dengan berbagai ubahan tersebut, mobil Formula 1 2014 diklaim lebih aerodinamis. Tapi di sisi lain, balapan ini jadi cenderung membosankan, sebab hanya didominasi oleh satu tim. Dari 2014 hingga 2022, tim Mercedes melalui Lewis Hamilton mendominasi balapan ini dengan 6 gelar juara dunia, di mana 4 di antaranya berhasil diraih secara berturut-turut. Prestasi Lewis Hamilton hanya bisa disaingi rekan timnya, Nico Rosberg, yang meraih juara tahun 2016 dan Max Verstappen yang sukses meraih gelar F1 berturut-turut pada musim 2021 dan 2022 bersama Red Bull (Honda).

Nah, kalau kita melihat MotoGP saat ini, pengembangannya memang lebih cenderung ke sistem elektronik dan aerodinamika. Motor MotoGP saat ini banyak mengaplikasikan perangkat tersebut, seperti winglet di bagian fairing depan atau buntut ala Stegosaurus.

Perangkat aerodinamika itu sangat bekerja di motor-motor pabrikan Eropa seperti Ducati, KTM, juga Aprilia. Tapi itu tidak bekerja optimal di motor-motor pabrikan Jepang seperti Honda dan Yamaha.




(lua/rgr)

Hide Ads