Sosok Kepala Mekanik, Ramon Forcada punya andil terhadap keberhasilan Franco Morbidelli. Termasuk strateginya menjaga mesin YZR-M1 yang dilanda krisis di musim GP 2020.
Dalam melakoni 14 seri balapan MotoGP musim 2020 lalu hanya 5 mesin saja yang boleh digunakan masing-masing pebalapnya. Tapi petaka terjadi pada mesin YZR-M1, masalah katup disebut-sebut jadi penyebabnya. Valentino Rossi dan Franco Morbidelli sempat gagal finis gara-gara mesin motornya bermasalah di dua balapan yang digelar di Jerez.
Ramon Forcada, Kepala Mekanik tim Petronas Yamaha SRT mengungkap bagaimana pusingnya menjaga mesin agar tetap dalam performa tinggi hingga akhir musim MotoGP 2020.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat mesin kami rusak di balapan pertama, mesin yang dipakai dari balapan kedua tiba, dan sangat berbeda," ujar Ramon Forcada seperti dikutip Corsedimoto, Minggu (27/12/2020).
"Mesin tersebut yang secara teori masih baru, rusak lagi. Ada sedikit kepanikan, kami hanya memiliki dua mesin baru untuk mengarungi sisa musim," sambungnya.
Balapan musim 2020 merupakan krisis mesin bagi Yamaha. Betapa tidak, baru memasuki putaran ke-3 Maverick Vinales dan Franco Morbidelli telah menggunakan lima jatah mesin mereka, sementara Valentino Rossi dan Fabio Quartararo sudah menggunakan empat.
Situasi ini membuat Yamaha khawatir tak mampu mengakhiri musim dengan gemilang. Yamaha sudah meminta keringanan supaya mereka bisa membuka segel mesin dan melakukan perbaikan. Kondisi yang sejatinya dilarang lantaran MotoGP tidak mengizinkan tim mengutak-atik mesin saat musim berjalan.
Sambil menunggu keputusan apakah diizinkan membuka segel mesin, Yamaha kabarnya sengaja menurunkan kapasitas putaran maksimal mesin. Tapi Ramon Forcada membantah hal tersebut, ia menjelaskan betapa rumitnya merawat mesin hingga bisa bertahan sampai akhir musim. Ramon Forcada bilang perlu kehati-hatian agar tidak lagi terjadi masalah yang lain.
"Kami merawat mesin seperti anak-anak. Anda harus membongkar banyak hal untuk memeriksa semuanya. Ada banyak cara untuk mengecek motor tanpa membukanya, tanpa membuka segelnya. Yamaha tidak pernah merusak gasket,".
"Anda harus menggunakan perangkat optik, kamera mini untuk knalpot, untuk busi, untuk melihat isinya, sering mengganti oli. Ujung-ujungnya bikin mahal Petronas, karena kami pakai oli lebih banyak daripada bensin," canda Ramon Forcada.
"Kami tidak mengurangi performa hingga balapan terakhir... Kami tidak menurunkan rev limiter dalam latihan atau balapan apa pun. Semua yang dikatakan tentang (pengurangan) lap itu tidak benar, kami belum menurunkannya."
"Satu-satunya yang kami lakukan adalah mencoba, melalui rasio transmisi, untuk selalu berada di 'soft limit', agar tidak terlalu banyak bekerja di mesin, karena lumayan, tapi juga tidak bagus. . Jika Anda menemukan diri Anda berada dalam situasi kritis, cobalah untuk tidak mencapai 'batas lunak' ini. Itu adalah tugas yang harus dilakukan di setiap sesi latihan, mempelajari perubahan, di setiap tikungan, melihat berapa lap yang kami capai. Ini adalah pekerjaan yang dilakukan," simpul Forcada.
Hasilnya? Yamaha memenangkan banyak Grand Prix musim 2020, yakni tiga kemenangan Fabio Quartararo dengan pabrikan M1 2020, tiga kemenangan Franco Morbidelli dengan motor "spek-A" tahun 2019. Sedangkan pebalap pabrikan, Maverick Vinales hanya bisa meraih satu kemenangan dan Valentino Rossi cuma sekali naik podium.
Ramon Forcada boleh berbangga sebab hanya Franco Morbidelli yang berhasil menyelamatkan muka Yamaha dengan bertengger di posisi dua pada klasemen akhir MotoGP 2020.
(riar/lua)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah