Juara dunia MotoGP 2020, Joan Mir, gagal menuntaskan balapan sampai finis. Pebalap asal Spanyol itu terpaksa menyudahi balapan lebih dulu karena ada kendala pada sistem elektroniknya.
Pembalap Suzuki tersebut mengatakan salah satu kontak dengan Johann Zarco atau Bagnaia menyebabkan masalah dengan sistem elektroniknya. Kontrol traksi pada motor Joan Mir tak bisa bekerja dengan maksimal. Hal itu semakin menimbulkan masalah yang hanya memperburuk keadaan saat ban belakangnya terus tergerus. Karenanya, Mir harus kembali ke pit di lap 16.
Apa sih sistem kontrol traksi yang membuat Joan Mir harus minggir? Dilansir Crash.net, kontrol traksi atau traction control pada motor MotoGP adalah sebuah sistem yang akan memutus tenaga mesin jika ban kehilangan kontak dengan aspal. Sistem ini menstabilkan motor MotoGP yang punya tenaga brutal sehingga meningkatkan keselamatan pebalapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ini yang Bikin Joan Mir Harus Minggir |
Menurut Direktur Teknologi MotoGP Corrado Cecchinelli, ketika motor kehilangan traksi dianggap sebagai fenomena cepat, berbeda dengan wheelie yang lambat. Untuk menangani fenomena cepat dan mencegah ban kehilangan kontak dengan aspal, sistem akan 'memainkan' pengapian motor.
"Cara kerja strategi kontrol traksi dimulai dengan memperlambat pengapian, sehingga mesin masih terasa enak tapi lebih lembut," jelas Cecchinelli.
![]() |
"Berikutnya adalah mematikan pengapian. Jadi mesin menjadi kasar tetapi penghentian tenaga (mesin) jauh lebih banyak dan masih cepat."
"Kemudian akhirnya muncul penutupan throttle, yang sangat tidak efektif dalam mengontrol traksi. Hanya jika Anda mengalami selip yang sangat lama dengan sengaja, throttle akan tertutup cepat atau lambat. Tapi tidak untuk kehilangan traksi sebentar."
Baca juga: Rahasia Sistem Elektronik di Motor MotoGP |
Mengutip laman Box Repsol, kontrol traksi bekerja berdasarkan data yang dikirim oleh sensor kecepatan roda. Jika roda belakang berputar lebih cepat daripada roda depan, sistem elektronik akan bekerja untuk memperbaikinya. Sebab, roda belakang bisa membahayakan stabilitas dan handling dari pebalap.
Dalam hal ini, kontrol traksi akan membuat ECU bertindak dengan memutus akselerator. Ini dimungkinkan karena teknologi ride by wire, sebuah koneksi e antara akselerator dan katup throttle. Selain memutus input akselerator, langkah lain yang dimungkinkan untuk mengontrol traksi adalah dengan mengadaptasi timing pengapian silinder, misalnya salah satu silinder dibiarkan tanpa percikan api.
"Sistem ini juga memperhitungkan sudut kemiringan kendaraan sebelum membuat keputusan, serta posisi gigi, yang mengubah gaya yang ditransmisikan oleh mesin ke roda belakang. Semua pengukuran ini dihitung dalam sepersekian detik untuk membuat keputusan yang nyaris tidak terlihat," tulis Box Repsol.
Contohnya, ketika pebalap menikung dengan sudut kemiringan 60 derajat. Saat keluar dari tikungan, jika pebalap membetot gas terlalu dalam, mesin akan menyajikan torsi terlalu besar. Akibatnya, roda belakang bisa selip. Pada saat ini, sensor kecepatan akan mengirim sinyal ke ECU bahwa roda belakang berputar terlalu cepat. Perangkat lunak pada motor membandingkan data tersebut dengan data yang diprogram oleh tim. Setelah menentukan bahwa roda belakang berputar terlalu cepat, ECU akan memaksa mesin untuk menutup sebagian akselerator. Alhasil, torsi yang dikirim mesin ke transmisi sedikit dikurangi. Saat pebalapnya berhasil mendirikan motor ke posisi vertikal setelah menikung dan meningkatkan kecepatannya, intervensi itu tidak diperlukan dan input mesin bekerja kembali ke tingkat normal.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?