Alasan Kenapa Motor Listrik Subsidi Bisa Disebut Salah Sasaran

Rafly Adli - detikOto
Minggu, 28 Mei 2023 18:06 WIB
Motor listrik (Foto: Ilyas Fadilah/detikcom)
Jakarta -

Motor listrik bersubsidi saat ini ditargetkan kepada masyarakat kelas menengah ke bawah dan pelaku UMKM saja. Sempitnya segmentasi konsumen ini membuat jumlah penjualan motor listrik bersubsidi masih sangat rendah jika dibandingkan dengan mobil listrik subsidi.

Untuk saat ini, target penerima dari subsidi motor listrik hanyalah para pelaku UMKM, khususnya penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR), penerima Banpres Produktif Usaha Mikro, dan pelanggan listrik 450-900 VA saja. Subsidi yang diberikan ini berupa potongan harga sebesar Rp 7 juta.

Walaupun sudah mendapatkan subsidi, menurut pengamat otomotif sekaligus akademisi asal Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu harga motor listrik masih tergolong mahal apalagi untuk masyarakat kelas menengah ke bawah. Sehingga motor listrik subsidi masih kurang mendapatkan perhatian dari mereka.

"Syarat penerima subsidi motor listrik mengarah ke orang miskin, tetapi harga EV termasuk motor listrik setelah subsidi masih dianggap kemahalan untuk saat ini," kata Yannes kepada detikOto.

Terlebih lagi, harga beberapa motor konvensional saat ini masih jauh lebih murah daripada motor listrik. Ini yang membuat masyarakat kelas menengah ke bawah dan pelaku UMKM lebih memilih motor konvensional karena bisa menekan jumlah pengeluaran.

Selain permasalahan soal harga, persoalan lain seperti durabilitas dan harga jual bekas yang masih belum jelas tentu menjadi permasalahan tersendiri. Ini membuat risiko yang ditanggung oleh pemilik motor listrik masih tergolong tinggi. Akhirnya membuat masyarakat menengah ke bawah semakin ragu untuk membeli motor listrik subsidi.

"Kalau untuk kelas menengah ke bawah, mereka mungkin tidak tertarik atau tidak mampu membeli sepeda motor listrik yang belum mereka yakini durabilitasnya. Ditambah, belum terbentuknya harga jual kembali yang menarik di pasar kendaraan bekas," jelas Yannes.

Menurut Yannes, ada beban lain lagi yang akan ditanggung oleh masyarakat menengah ke bawah, khususnya yang daya listrik rumahnya sebesar 450-900 VA. Ini dikarenakan mereka harus menaikkan daya listrik rumahnya, akhirnya ada uang lagi yang harus dikorbankan.

"Walaupun disubsidi, harga dapat meningkat jika pengguna ingin melakukan charging daya rumah. Padahal riset di Eropa saja yang infrastruktur SPKLU-nya sudah lebih mature menunjukkan 80% charging dilakukan di rumah," sambungnya.

Akhirnya, Yannes menganggap bahwa skema subsidi motor listrik yang diberlakukan saat ini tentu saja belum bisa mendongkrak penjualan dan mempercepat adopsi motor listrik ke tengah masyarakat.

"Jadi, jika pemerintah hanya membatasi penerima subsidi hanya kepada kelompok masyarakat menengah ke bawah, UMKM, atau pelanggan listrik dengan daya hanya 900 watt, hal ini kemungkinan tidak akan meningkatkan penjualan sepeda motor listrik jika tetap memakai skema tersebut," paparnya.



Simak Video "Video: Dua Motor Konsep Listrik Honda Tebar Pesona di IIMS 2025"

(rgr/mhg)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork