Motor listrik sudah mendapat guyuran insentif dari pemerintah tapi penjualannya jauh dari target. Skema bantuan pemerintah dengan potongan Rp 7 juta tidak diserap baik oleh pasar.
Sebanyak 11.532 unit motor listrik yang kena diskon Rp 7 juta sudah tersalurkan pada 2023. Padahal pemerintah menyiapkan kuota 200 ribu unit.
Kecilnya serapan kuota motor listrik dengan insentif itu bikin pemerintah memotong kuota pada tahun selanjutnya. Semula dalam Permenperin Nomor 6 Tahun 2023 ditetapkan kuota 600 ribu unit untuk tahun 2024. Namun jumlahnya berkurang menjadi 50.000 unit saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekretaris Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Hari Budiyanto mengatakan masyarakat masih menyimpan keraguan terhadap motor listrik. Masyarakat berpikir ulang untuk membeli motor listrik kendati sudah mendapatkan subsidi besar dari pemerintah.
"Kalau yang ICE (internal combustion engine) kan masih bisa dipakai ke mana saja asal ada pom bensin. Nah kalau yang EV ini harus didukung infrastruktur," ujar Hari di Jakarta Selatan, Rabu (16/1/2024).
Hari menyebut kapan saja dan ke mana saja jadi gambaran kemudahan yang harus ditawarkan terhadap motor listrik. Sebab masyarakat masih terbiasa menggunakan motor bensin tanpa harus khawatir mogok karena kehabisan daya. Di sinilah peran infrastruktur seperti stasiun pengisian listrik umum dan sistem swap baterai yang perlu diperbanyak.
"Belum bisa memberikan keyakinan bagi masyarakat untuk berani berpindah. Masyarakat masih setengah hati (beli motor listrik) karena infrastrukturnya belum bisa mendukung secara penuh," ujar Hari.
Adapun salah satu anggota AISI sudah menjual motor listrik bersubsidi, yakni Honda EM1 e:. Harganya mepet-mepet dengan skutik 150 cc premium tapi jarak tempuh motor listrik itu cuma 41,1 kilometer.
Sedangkan motor di Indonesia sudah menjadi kebutuhan lantaran transportasi umumnya yang belum seperti di negara maju.
"Kita mengisi demand yang besar medium low, konsumen kita untuk mobilitas dia, untuk mencari peningkatan ekonomi masyarakat baik formal maupun informal, dan itu kan harus bisa memenuhi fungsi itu. ICE saat ini masih bisa memberikan layanan itu, artinya sudah ada EV dengan insentif tapi mereka masih misalnya range terbatas charging time, PR (pekerjaan rumah) EV adoption infrastruktur swap baterai belum di mana-mana, keraguan itu menurut saya staging masih ada. ICE mungkin di 2030 beriringan masih ada pasarnya," jelas Budi.
Hari memaparkan data populasi motor listrik Indonesia yang diambil SRUT (Sertifikasi Registrasi Uji Tipe) Kementerian Perhubungan yang jumlahnya sudah mencapai 85.838 unit motor listrik. Kehadiran subsidi disinyalir memang turut mempengaruhi minat masyarakat terhadap motor listrik, terlihat dari data periode Januari hingga November 2023 yang jumlahnya mencapai 54.737 unit.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang sudah mengungkap rendahnya serapan program bantuan motor listrik. Senada dengan Hari, masalahnya ialah pada kemampuan baterai dan kemudahannya.
Agus mengatakan, salah satu penyebab rendahnya serapan program bantuan motor listrik yakni kemampuan baterai kendaraan. Begitu juga lama waktu pengecasan.
"Bagi konsumen mobil dan motor listrik, salah satu yang penting kan baterai. Baterainya harus bisa memiliki durasi yang lama, yang panjang, baterainya harus bisa mudah di-charge. Charge-nya juga kalau untuk mobil harus cepat, kalau charge 3-4 jam itu dianggap lama maka sekarang teknologi akan bisa membuat chargemobil lebih cepat. Jadi baterai itu menjadi kunci terhadap keberhasilan program mobil dan motor listrik," ungkapnya.
(riar/dry)
Komentar Terbanyak
Mobil Esemka Digugat, PT SMK Tolak Pabrik Diperiksa
Syarat Perpanjang SIM 2025, Wajib Sertakan Ini Sekarang
7 Mobil-motor Wapres Gibran yang Lapor Punya Harta Rp 25 Miliar