Penjualan sepeda motor di Indonesia tahun ini mendekati angka seperti tahun 2019. Setelah dihantam pandemi Covid-19, penjualan motor anggota Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) naik sampai 19,4 persen.
AISI mencatat periode penjualan 2023 mencapai 6.236.992 unit. Sebagai pembanding, penjualan sepeda motor pada tahun 2022 mencatatkan angka 5.221.470 unit. Artinya ada kenaikan sebesar 1 jutaan unit.
Namun demikian angka penjualan di pasar domestik tahun ini belum memecahkan rekor penjualan tertinggi AISI yang terjadi pada 2011. Anggota AISI yang terdiri dari PT Astra Honda Motor (AHM), PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), PT Kawasaki Motor Indonesia, PT TVS Motor Company Indonesia, dan PT Suzuki Indomobil Motor kala itu berhasil menjual 8 juta unit motor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun ini kita di 6,23 juta, tumbuh 19 persen dibandingkan tahun lalu, untuk ekspor turun di angka 23 persen," ujar Sekretaris Umum AISI Hari Budianto di Jakarta Selatan, Selasa (16/1/2024).
Penjualan sepeda motor pada tahun 2023 menjadi yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Apalagi sejak 2020, Indonesia diterpa pandemi COVID-19 yang membuat penjualan sepeda motor merosot tajam.
Perlahan industri mulai bangkit, akhirnya pada 2023 angka penjualan meningkat tajam bahkan hampir menyamai perolehan penjualan motor sebelum pandemi COVID-19.
Penjualan motor pada tahun 2023 di atas target yang ditetapkan AISI yakni sebanyak 6,1 juta unit. Namun untuk tahun 2023 ternyata tembus 6,2 juta unit.
Saat pasar dalam negeri naik, Hari mengatakan angka ekspor utuh atau completely built up (CBU) mengalami penurunan. AISI mencatat angka pengiriman motor buatan Indonesia ke luar negeri hanya terkirim sebanyak 570.004 unit pada tahun lalu.
Sebagai pembanding, tahun 2022 ekspor motor Indonesia mencatat angka 743.551 unit. Bahkan pada 2021 ekspor motor sempat menyentuh angka 800.000 unit. Lantas kenapa ekspor sepeda motor buatan Indonesia mengalami kemerosotan?
"CBU kita turun karena memang banyak negara yang jadi tujuan ekspor baik ASEAN atau negara lain punya kebijakan sama, pengin ada industrialisasi di negara masing-masing. Sehingga dari CBU ada nilai tambah dengan cara CKD (completely knocked down), saat ini belum ada data CKD," kata Hari.
"CKD cukup besar, salah satu anggota kita bisa sampai 450 ribu sebulan. Jadi sebenarnya angkanya hampir sama domestik kita. Belum lagi part by part yang terurai murni," jelas dia lagi.
(riar/dry)
Komentar Terbanyak
Mobil Esemka Digugat, PT SMK Tolak Pabrik Diperiksa
Syarat Perpanjang SIM 2025, Wajib Sertakan Ini Sekarang
7 Mobil-motor Wapres Gibran yang Lapor Punya Harta Rp 25 Miliar