Pemerintah telah memberikan insentif fiskal untuk kendaraan listrik. Namun, subsidi untuk kendaraan listrik ini justru menuai pro dan kontra.
Berdasarkan riset yang dilakukan Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) di media sosial Twitter, 80 persen warganet tidak setuju dengan pemberian subsidi untuk mobil listrik. Selain itu, 67% warganet lebih mengusulkan subsidi kendaraan listrik dialihkan ke transportasi umum.
Survei itu dilakukan di media sosial Twitter. Media sosial itu dipilih karena merupakan platform yang representatif untuk menangkap aspirasi, kritik, atau masukan masyarakat terkait dengan isu-isu sosial, politik atau kebijakan dari pemerintah. Data responden dibersihkan dari akun media maupun buzzer sehingga perbincangan yang didapatkan hanya dari pengguna asli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita temukan bahwa 67% masyarakat atau warganet itu sepakat dengan ide subsidi dialihkan untuk kendaraan umum berbasis listrik. Kenapa demikian? Jelas yang pertama manfaat yag dirasakan itu akan lebih luas, karena transportasi publik ini adalah transportasi yang mencakup orang banyak, transportasi yang langsung menyentuh masyarakat umum/publik sehingga manfaatnya akan dirasakan lebih banyak orang daripada subsidi itu diberikan kepada mobil pribadi," kata Wahyu Tri Utomo, Data Analyst Continuum Indef dalam sebuah diskusi virtual yang ditayangkan di channel Youtube INDEF.
Warganet juga sepakat dengan opini bahwa emisi kendaraan listrik tidak jauh berbeda dengan emisi kendaraan bus berbahan bakar fosil per kapita. Sebab, tenaga listriknya sendiri masih dihasilkan oleh batu bara yang menimbulkan emisi.
"Juga kendaraan EV pribadi itu sebetulnya nggak akan beda jauh karena EV dipakai banyak orang, kemudian bus itu satu tapi mengangkut banyak orang sehingga emisinya nggak akan beda jauh. Memang EV itu zero emission, tapi kalau bahan bakar (listriknya) terbuat dari batu bara, maka sebetulnya ya nggak akan beda jauh," ujar Wahyu.
Di sisi lain, 33 persen warganet lainnya menganggap subsidi mobil listrik adalah solusi yang paling tepat untuk mengatasi polusi. Mereka menganggap pengalihan ke transportasi umum belum perlu.
"Mereka yang mengkritik balik ide (pengalihan subsidi ke transportasi umum) tersebut menggunakan dalih bahwa subsidi mobil listrik tak lebih besar daripada subsidi BBM. Yang lain membantah pendapat emisi transportasi umum berbahan fosil lebih rendah daripada mobil listrik," beber Wahyu.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Harga BYD Atto 1 Bisa Acak-acak Pasar Agya? Ini Kata Toyota
Parkir Kendaraan di Jakarta Bakal Dibikin Mahal!
BYD Atto 1 Terlalu Murah, Pedagang Mobil Bekas Mulai Panik