Presiden Jokowi (Joko Widodo) berulang kali memperingatkan ancaman resesi tahun depan yang bikin ekonomi 2023 gelap. Bagaimana tanggapan Toyota mengenai pernyataan itu?
Perekonomian dunia tahun depan diprediksi akan mengalami 'badai'. Hal itu terjadi karena inflasi yang tinggi dan tidak terkendali, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan ekonomi, dari resesi, hingga stagflasi.
"Itu yang saya sampaikan itu dunia, ekonomi dunia tahun depan, memang semua lembaga internasional sampaikan dalam posisi yang tak baik dan posisi lebih gelap," kata Jokowi usai melakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik pipa di KIT Batang, Jawa Tengah (3/10/2022).
Merespons potensi terjadinya resesi ekonomi dunia 2023, PT Toyota-Astra Motor (TAM) masih memantau dan mengkaji dampaknya terhadap industri lokal, khususnya sektor industri otomotif.
"Jadi kita lihat dulu, apakah resesi ini impact-nya langsung dari sisi waktu. Kemudian apakah efeknya besar, itu yang harus kita perhatikan dan kita monitor, nanti kita sesuaikan apakah memang ini jangka waktunya panjang," kata Marketing Director TAM Anton Jimmi Suwandy kepada wartawan di Jakarta (19/10).
Menurut Anton, masih banyak ketidakpastian tahun depan, sehingga lebih bijak saat ini untuk memantaunya terlebih dahulu, sebelum mengambil keputusan.
"Jadi masih banyak uncertainty (ketidakpastian) ya. Tapi situasinya kita monitor setiap bulan," katanya lagi.
Toyota sendiri masih merajai penjualan mobil di Tanah Air. Sepanjang September 2022, penjualan Toyota secara retail menyentuh 31.190 unit. Secara total dari Januari-September 2022, Toyota sudah menjual 233.890 unit mobil di Tanah Air.
Sementara bicara secara umum, penjualan mobil di Indonesia Januari-September 2022 secara retail mencapai 732.465 unit dan secara wholesales 758.216 unit. Tahun ini Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) menargetkan menjual 900.000 unit mobil.
Simak Video "Video: Toyota Hilux Terbakar di Lampung gegara Kaleng Cat Semprot Meledak"
(lua/din)