Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebut industri otomotif Indonesia dihadapkan dua masalah yang bisa menghambat laju produksi, yakni krisis chip semikonduktor dan harga bahan bakar minyak yang terkerek naik bisa berimbas pada bahan baku. Apakah target penjualan tahun ini bakal mengalami koreksi?
Gaikindo sudah menargetkan pabrikan otomotif Tanah Air bisa tembus 900 ribu unit hingga akhir tahun 2022. Adapun target tersebut sebenarnya sudah meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar 750 ribu unit.
Setelah ada kenaikan BBM serta diterpa krisis chip semikonduktor selama setahun belakangan. Industri otomotif Indonesia masih mengalami tren positif saat dihadapi dua masalah tersebut. Berdasarkan data wholesales Gaikindo sepanjang Januari - Juni 2022 sudah terdistribusi sebanyak 475.321 unit, naik 20,8 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi optimistis target 900 ribu bisa tercapai, bahkan bisa lebih dari angka tersebut.
"Masih tetap patok 900 ribu, sampai bulan Juni penjualan sudah 475 ribu. Jadi masih 425 ribu to go. Kalau 425 ribu dibagi 6 bulan, kira-kira sebulan 70-an ribu. Kalau nanti naik ya bagus," jelas dia saat ditemui di Hotel Sheraton, Jakarta Selatan, Rabu (20/7/2022).
Lebih lanjut Nangoi mengatakan sempat berbincang dengan Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang. Pemerintah menawarkan diri untuk bantu dongkrak penjualan otomotif di Tanah Air.
"Minggu lalu saya menghadap ke bapak Agus Gumiwang selaku Menteri Perindustrian, kita berdiskusi banyak sekali dengan beliau, dan beliau juga menanyakan apa yang dibutuhkan kira-kira dari pemerintah untuk bisa menaikkan penjualan," ujar Nangoi di Hotel Sheraton, Jakarta Selatan, Rabu (20/7/2022).
Dalam pertemuan tersebut, Nangoi menceritakan industri otomotif Indonesia sedang dihadapkan dua masalah. Sementara tawaran Menteri Perindustrian untuk memberikan insentif tidak disambut begitu saja.
"Saya terus terang industri otomotif di Indonesia terpukul oleh dua hal utama. Pertama adalah kenaikan BBM luar biasa, karena adanya krisis bahan bakar, krisis pangan juga, semua naik, kemudian bahan baku juga naik cukup tinggi, besi dan segala macam. Yang kedua semikonduktor yang tidak dapat memenuhi kebutuhan supply-nya," ujar dia.
"Jadi untuk sementara insentif dari pemerintah kita akan tahan dulu. Kita akan konsentrasi membenahi semua yang ada. Dan kita harapkan segera beres sebelum akhir tahun," tambah Nangoi.
(riar/din)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?