Mobil listrik kerap diklaim tidak memiliki emisi gas buang dan lebih ramah lingkungan, dibandingkan dengan mobil bermesin bensin dan diesel atau kendaraan konvensional. Akan tetapi jika berbicara soal teknologi, tidak menutup kemungkinan mesin konvensional alias mesin mobil biasa juga bisa berkembang dan mencapai titik emisi gas buang terbaik yang tidak berdampak pada lingkungan.
Jika demikian, apakah kita sebagai pengendara masih membutuhkan kendaraan listrik yang memiliki harga yang tidak murah? Hyundai melalui Executive Vice President and Head of Customer Experience Division Hyundai Motor, Thomas Schemera memberikan pandangannya.
"Jika ICE engine berkembang dan memiliki emisi yang rendah, apa kita masih butuh kendaraan listrik? Kalau kita bicara mesin ICE engine atau kendaraan konvensional, selama mesin menggunakan bahan bakar minyak, itu tetap menghasilkan emisi," ucap Thomas.
Thomas menggambarkan sebut saja seperti di Eropa yang sudah memiliki aturan yang ketat soal emisi. Perlahan tapi pasti berbagai negara di benua biru lebih memilih untuk menggunakan kendaraan listrik.
"Eropa sudah mulai mengubah peraturan, perusahaan otomotif diminta untuk menambah investasi mereka untuk bisa melahirkan kendaraan ramah lingkungan (kendaraan listrik)," kata Thomas.
Bahkan menurut Thomas, mobil hybrid pun tidak cukup untuk disebut kendaraan ramah lingkungan. Karena penggunaan mesin konvensional masih menghasilkan emisi gas buang.
"Hybrid mungkin baik, tapi jika dilihat berdasarkan emisi kendaraan hybrid masih mengeluarkan emisi dan ini berbeda dengan kendaraan listrik. Namun kita harus mengerti konsep dari kendaraan listrik, jika km melihat Jakarta saja, dengan adanya kemacetan yang melahirkan polusi, saya rasa di sini tidak sehat, ini merupakan tanggung jawab kita untuk menyelamatkan diri kita dan lingkungan dengan mengendarai kendaraan ramah lingkungan," ujar Thomas.
Simak Video "Video Fakta-fakta Kecelakaan Maut Ioniq di Tol JORR yang Tewaskan 3 Orang"
(lth/din)