Jadi, Diskon PPnBM Mobil Baru Tahun Depan Diperpanjang atau Dipermanenkan?

Jadi, Diskon PPnBM Mobil Baru Tahun Depan Diperpanjang atau Dipermanenkan?

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Kamis, 23 Des 2021 14:57 WIB
Kebijakan relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) cukup mendongkrak kinerja industri otomotif. Hal itu dikatakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat membuka pameran GIIAS 2021 Kamis (11/11/2021).
Ada wacana diskon PPnBM 100% akan dipermanenkan. Foto: Rifkianto Nugrohom
Jakarta -

Sesuai peraturan yang ada sampai saat ini, relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) atau diskon PPnBM 100% akan berakhir Desember ini. Namun, ada wacana perpanjangan diskon PPnBM sampai PPnBM 0% permanen untuk mobil-mobil tertentu.

Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara, tak bisa memastikan insentif mana yang akan diberikan kepada industri otomotif tahun depan.

"Ini adalah diskresinya pemerintah untuk menetapkan," kata Kukuh dalam diskusi virtual dengan Forum Wartawan Otomotif (Forwot).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Kukuh, dua wacana tersebut yakni perpanjangan diskon PPnBM dan PPnBM 0% permanen punya peluang yang sama. Sebab, keduanya memiliki manfaat yang sudah dirasakan saat ini.

"Dalam hal ini kalau diterapkan, industrinya tumbuh, penjualannya tumbuh, kemudian masyarakat juga merasakan manfaatnya karena ada diskon, harganya dapatkan diskon. Kemudian di sisi lain pemerintah juga revenue-nya meningkat kan. Dari kajian muncul potential lossnya Rp 2 triliun, potential gainnya malah Rp 5 triliun. Jadi ini ramuannya sudah ada di sana, tinggal kapan dikeluarkan," ujar Kukuh

ADVERTISEMENT

Menurut Kukuh, dari awal kebijakan diskon PPnBM diterapkan, banyak manfaat yang didapatkan berbagai pihak. Seluruh pihak yang terkait di industri otomotif mendapatkan dampak positifnya.

"Satu, penjualan meningkat, pasti karena ada pengurangan PPnBM. Kedua, industri bangkit dari perakit sampai industri komponen termasuk industri-industri ikutan lain seperiti pembiayaan, asuransi, bengkel, komponen dan sebagainya. Dengan bergeraknya mereka, karyawan mendapat lapangan kerja, gaji dan sebagainya. Ini menjadi pemicu percepatan pemulihan ekonomi saat kita terkena dampak," kata Kukuh.

"Sekali lagi saya tekankan, bukan sekadar untuk mendorong naiknya penjualan. Naiknya penjualan itu konsekuensi, tapi kemudian dampaknya terhadap ekosistem industri itu sendiri yang melibatkan sekitar 1,5 juta orang kerja di sana. Bisa dibayangkan 1,5 juta orang mendapatkan upah, gaji dan sebagainya kemudian mereka membelanjakan, ini kan efeknya akan panjang," sambungnya.

Pendapatan pemerintah pun bisa meningkat dengan adanya program diskon PPnBM. Menurut kajian, kata Kukuh, pendapatan pemerintah dengan industri otomotif yang bangkit jauh lebih besar ketimbang relaksasi yang diberikan.

"Kajian menunjukkan bahwa pada saat dilakukan PPnBM DTP, tentunya pemerintah punya potensi kehilangan pendapatan. Yang diperkirakan selama 3 bulan sekitar Rp 2 triliun. Namun di sisi lain, dengan diberlakukan PPnBM DTP pada kurun waktu yang sama, itu memberikan potential gain yang jumlahnya justru lebih besar, sekitar lebih dari Rp 5 triliun. Ini yang sebetulnya kebijakan tersebut tepat guna dan bermanfaat," katanya.




(rgr/lth)

Hide Ads