Pemerintah Indonesia berencana menyetop penjualan mobil konvensional (Internal Combustion Engine) bermesin bensin dan diesel pada 2050 mendatang. Lalu seperti apa tanggapan Toyota selaku penguasa market otomotif roda empat di Tanah Air?
Indonesia tengah menyiapkan road map (peta jalan) untuk mencapai target nol emisi. Pemerintah Indonesia bakal menerapkan lima prinsip utama, yaitu peningkatan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT), pengurangan energi fosil, kendaraan listrik di sektor transportasi, dan peningkatan pemanfaatan listrik pada rumah tangga dan industri, juga pemanfaatan Carbon Capture and Storage (CCS).
Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) Arifin Tasrif berkata, pemerintah telah menyiapkan peta jalan transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) untuk periode 2021-2060. Peta jalan ini merupakan komitmen Indonesia untuk menurunkan gas emisi rumah kaca. Salah satu road map ini juga memuat usulan penghentian penjualan kendaraan konvensional atau berbahan bakar BBM.
"Kita juga mendorong penggunaan kendaraan listrik dengan target menghentikan penjualan motor konvensional di tahun 2040 dan mobil konvensional di tahun 2050 serta penyediaan transportasi umum yang lebih masif," kata Arifin dalam acara Indonesia Pathway to Net Zero Emission (21/10/2021).
Director of Administration and External Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam, mengatakan bahwa yang paling terpenting adalah tujuan nol emisi. Sebab dengan teknologi yang semakin maju, mesin ICE atau pembakaran dalam pun bisa dibikin menjadi ramah lingkungan.
"Yang penting kan sebenarnya emisinya yang harus zero. Teknologi setiap waktu bisa berkembang. Sekarang (mesin) ICE (Internal Combustion Engine) juga sudah mulai di-exercise, bisa menggunakan teknologi hidrogen yang bisa mengurangi emisi. Ini jangan sampai kita missleading, yang paling penting emisinya yang harus zero," kata Bob dalam Toyota Media Gathering 2021 secara virtual, Selasa (21/12/2021).
Lanjut Bob menambahkan, Toyota terus mendukung upaya pemerintah untuk mengembangkan teknologi kendaraan yang lebih bersih, dengan cara mengurangi kadar emisinya.
"Menurut saya 2050 itu suatu keniscayaan bahwa kita berupaya merealisasikan zero carbon, yang penting kalau memang sudah diterapkan (tahun) 2050, bagaimana kita melakukan backcasting (perencanaan kembali) ya. Jadi kembali lagi ke belakang, kita membuat milestone tiap tahunnya, apa yang harus kita lakukan dan siapa melakukan apa," tukas Bob.
(lua/lth)