Krisis Chip Semikonduktor Berlanjut Sampai 2023

Krisis Chip Semikonduktor Berlanjut Sampai 2023

Ilham Satria Fikriansyah - detikOto
Selasa, 07 Sep 2021 13:17 WIB
Kelangkaan Chip Semikonduktor Hambat Produksi Mobil Dunia
Kelangkaan Chip Semikonduktor Hambat Produksi Mobil Dunia. Foto: DW (News).
Jakarta -

Pandemi COVID-19 yang melanda sejak tahun lalu berdampak pada sektor industri, salah satunya adalah krisis chip semikonduktor. Langkanya komponen ini berpengaruh besar pada pabrikan otomotif yang membutuhkan chip untuk kendaraannya.

Masalah komponen chip semikonduktor sudah terjadi dari tahun lalu. Bahkan diprediksi, kelangkaan chip ini terus berlangsung hingga tahun depan.

Dikutip dari BBC, Ola Kallenius selaku CEO Daimler AG mengatakan, krisis chip semikonduktor secara global telah mengganggu jalannya produksi mobil. Dia memprediksi, hal ini dapat terjadi sampai akhir tahun 2022, bahkan masuk ke tahun 2023.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Produsen chip mengatakan krisis ini akan berlanjut hingga 2022 dari sudut pandang struktural dan kemudian secara bertahap menjadi lebih baik," kata Ola Kallenius di pameran otomotif IAA Munich, Jerman.

Kallenius menjelaskan dampak krisis chip semikonduktor tak lepas dari pandemi COVID-19 yang telah melanda seluruh dunia. Hal ini membuat pemasok chip kesulitan untuk memproduksi dan mengirimnya. Sementara itu, perusahaan otomotif harus memangkas produksi mobil dan dibuat stres karena berpengaruh pada penjualan unit secara menyeluruh.

ADVERTISEMENT

Meski krisis ini terus berlanjut dan baru bisa teratasi pada tahun 2023, Kallenius berharap langkanya chip semikonduktor bisa diatasi secepat mungkin.

"Semoga tidak pada tingkat keparahan yang kami alami di sini dalam beberapa bulan terakhir," ungkapnya.

Dirinya mengumpamakan, krisis chip ini seperti stress test saat terjebak di tengah kemacetan lalu lintas. Hal ini menyebabkan sejumlah perusahaan butuh waktu sebelum semuanya dapat bergerak normal lagi.

"Tapi kami akan belajar dari stress test ini dan melihat lebih dalam ke semua tingkatan rantai pasokan untuk membuat sistem lebih kuat," pungkasnya.

Sementara itu Harald Kroeger selaku anggota dewan Bosch mengungkapkan, saat ini permintaan pasar khususnya terhadap mobil baru mulai mengalami peningkatan. Hal ini berbanding terbalik dengan tahun lalu yang membuat pabrikan otomotif terpuruk.

"Hanya satu tahun yang lalu, kami berada di zaman kegelapan Corona dan penjualan turun dan tidak ada yang memperkirakan pemulihan pasar mobil secepat itu," ujar Harald Kroeger.

Meningkatnya jumlah pembeli mobil merupakan kabar baik, sehingga produsen otomotif harus bekerja keras dalam memenuhi permintaan tersebut. Namun karena terhalang oleh krisis chip, hal ini membuat perusahaan otomotif jadi kesulitan.

Kroeger mengatakan, perusahaan masih perlu kerja keras untuk mengejar ketertinggalan produksi akibat krisis chip. Sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen dan mengantisipasi inden yang berkepanjangan.

"Dan sekarang pasti kami bekerja keras untuk mencoba memenuhi permintaan itu," tegasnya.




(rgr/din)

Hide Ads