Black box atau kotak hitam menjadi kunci penyelidikan kecelakaan pesawat. Bahkan, dalam kasus jatuhnya pesawat Boeing 737-500 dari maskapai Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak di perairan Kepulauan Seribu, black box menjadi salah satu fokus pencarian selain pencarian korban.
Black box di pesawat itu menyimpan banyak data. Ada flight data recorder (FDR) yang menyimpan data penerbangan, dan Cockpit Voice Recorder yang menyimpan percakapan antara pilot kepada krunya atau menara pengawas.
![]() |
Di mobil pun ada semacam black box. Bukan barang baru, kotak hitam pada mobil yang menjadi kunci investigasi kecelakaan sudah ada sejak era 1990-an.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mobil Juga Punya Black Box Seperti Pesawat |
Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, black box menjadi komponen yang umum digunakan pada mobil. Di sana, black box untuk mobil disebut event data recorders (EDR). EDR ini melacak segala sesuatu ketika mobil terlibat kecelakaan.
Penggunaan kotak black box di mobil dimulai pada 1994. Kala itu, kotak hitam dipakai di mobil-mobil Cadillac, Buick, Chevrolet dan Pontiac untuk membantu pabrikan untuk mempelajari bagaimana mobil mereka terlibat kecelakaan.
EDR generasi pertama hanya merekam beberapa data seperti apakah airbag mengembang ketika kecelakaan. Kini, Badan Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Amerika Serikat (NHTSA) mewajibkan mobil harus bisa merekam 15 variabel.
Baca juga: Potensi Bahaya saat Pesawat Kelamaan Parkir |
Informasi termasuk kecepatan kendaraan, posisi gas, waktu airbag mengembang, apakah rem ditekan, apakah sabuk pengaman dipakai, putaran mesin, sudut setir dan banyak lagi terekam dalam black box di mobil. Produsen mobil juga bisa menambahkan 30 data tambahan yang bisa direkam di black box dalam mobil. Termasuk GPS, video dan audio.
Investigasi Kecelakaan dari Black Box di Mobil
Dikutip dari The Boston Globe, black box di mobil telah mengungkapkan data kecelakaan yang melibatkan politikus yang merupakan mantan Letnan Gubernur Massachusetts, Timothy P. Murray pada 2011. Saat itu, ia mengemudi mobil Ford Crown Victoria 2007.
Murray mengklaim tidak mengemudi dengan kecepatan tinggi dan mengenakan sabuk pengaman. Tapi fakta lain terungkap setelah kotak hitam di mobil diselidiki.
Polisi Negara Bagian Massachusetts mengungkapkan fakta bahwa Murray mengemudi dengan kecepatan 100 mil per jam (160 km/jam) tanpa mengenakan sabuk pengaman. Penyelidikan menunjukkan Murray mengemudi di kecepatan 75 mil per jam sebelum kecelakaan. Tapi, kakinya justru menginjak gas lebih dalam sehingga kecepatannya meningkat hingga 108 mil per jam sehingga menghantam batu dan terbalik dua kali.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah