Pengamat Otomotif yang juga Dosen ITB Yannes Martinus Pasaribu menyebut kualitas serta desain mobil Amerika sebenarnya mampu berkompetisi di Indonesia. Namun ia menyoroti kualitas saja tidak cukup bersaing di pasar otomotif.
"Yang cenderung menjadi permasalahannya di pasar Indonesia adalah harganya yang tinggi," tutur Yannes kepada detikcom, Rabu (30/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktor positioning harga menjadi salah satu penentu. Namun di sisi lain, Yannes menyebut pabrikan Amerika kurang mengerti pasar Indonesia, di mana untuk model Low MPV serta LCGC jadi mobil yang paling sering diburu.
Chevrolet sempat bermain di segmen MPV bahkan mulai memproduksi SPIN di tahun 2013, namun pada 2015 pabrik di tutup. Sementara untuk LCGC, Chevrolet hanya bisa gigit jari sebab ia juga tidak memproduksinya, apalagi dituntut harus memiliki Total Kandungan Lokal Dalam Negeri (TKDN) sebesar 80 persen.
"Varian modelnya (merek Amerika) untuk kendaraan ber-cc kecil kalah jumlah dibandingkan dengan produk Jepang, Korea, dan kini China," kata Yannes.
Ia juga menyebut hengkangnya merek Amerika dari Indonesia lantaran tidak mencuri ilmu dari kompetitor. Pabrikan Jepang dan China saat ini tak hanya sekadar menjual mobil, tetapi juga memproduksi komponen otomotif.
"Mahalnya harga mobil Amerika disebabkan kurang seriusnya mereka membangun industri otomotif dan industri komponennya di Indonesia, sehingga dapat comply dengan peraturan industri dan perdagangan di Indonesia," kata Yannes.
(riar/rgr)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah