Perencana keuangan Andi Nugroho mengatakan setidaknya ada 3 elemen yang harus dipersiapkan, pertama biaya transportasi yang meliputi bensin dan uang tol, biaya makan selama perjalanan, terakhir biaya darurat.
Baca juga: 5 Cara biar Nyetir Saat Puasa Nggak Emosian |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika dihitung pulang-pergi, maka saldo yang dibutuhkan di kartu elektronik untuk tol sebesar Rp 1.351.000.
Kemudian biaya bensin. Jarak yang harus ditempuh dari Jakarta ke Surabaya via tol Trans Jawa adalah 759,61 km. Mari ambil contoh mudik menggunakan mobil sejuta umat, Avanza. Mobil sekelas Avanza, rata-rata mengkonsumsi BBM 12:1. Artinya konsumsi 1 liter, kendaraan ini bisa mengaspal sejauh 12 km.
Dengan jarak 759 km, maka BBM yang dibutuhkan sekitar 63,25 liter, atau bisa dibulatkan menjadi 65 liter untuk jaga-jaga. Kondisi ini belum dihitung macet.
Nah, bila kendaraan itu menggunakan BBM Pertamax seharga Rp 9.850/liter, uang BBM yang harus disediakan sekitar Rp 640.250. Sehingga total uang bensin pulang pergi sekitar Rp 1.280.500
Selain uang bensin dan tol, Andi menjelaskan yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah biaya darurat. Menurutnya, hal-hal yang tidak terduga bisa terjadi kapan saja, contohnya saja misalnya mogok di tengah jalan tol.
Kalau menurut Andi sendiri uang darurat setidaknya bisa disiapkan maksimal Rp 2 juta. Setidaknya uang sebesar itu bisa digunakan untuk mendanai apabila mobil mengalami mogok sekaligus biaya jasa bengkel.
"Hal yang tak terduga bisa kapanpun terjadi ya, saya sih biasanya siapin Rp 1-2 jutaan lah. Misal mogok nih di tengah jalan tol, derek aja habis Rp 500 ribu, itu belum biaya di bengkelnya lho," ungkap Andi kepada detikcom, Jumat (17/5/2019).
"Lalu ini asumsinya kerusakan ringan ya, itu bisa habis Rp 1 jutaan di bengkel," tambahnya.
Selanjutnya, adalah biaya uang makan. Ini opsional bila si pemudik tidak berpuasa. Menurut Andi namanya mudik pasti akan ada berhentinya, mulai dari makan, istirahat, sampai ke toilet termasuk untuk berbuka puasa.
Andi mengasumsikan uang makan sekitar Rp 50 ribu persatu orang, biaya tersebut sudah melihat kalau-kalau ada kenaikan harga. Selanjutnya, tinggal dihitung saja mau berhenti berapa kali sepanjang perjalanan untuk makan.
"Misal katakan lah 3 orang, bapak, ibu, satu anak, sekali makan per orang Rp 50 ribu itu udah perkiraan kalau-kalau ada harga naik ya, soalnya musim mudik gini tukang makanan gitu suka naikin harga. Saya aja pernah makan bakso semangkuk Rp 25 ribu," kata Andi.
"Nah Rp 50 ribu per orang kan, tinggal dikalikan saja berapa orang serombongannya, itu jumlah sekali makan. Nanti dikali lagi seberapa sering berhentinya," katanya.
Namun, Andi memberikan tips untuk mengakali uang makan. Jadi lebih baik menurut Andi jangan sering berhenti untuk membeli makan, selain itu uang makan bisa juga diakali dengan membawa bekal dari rumah.
"Kalau saya sih nggak sering berhenti ya mendingan, jadi meminimalisir pengeluaran setiap berhenti. Kalau makan juga mending bawa dari rumah bisa mengurangi pengeluaran kan jadinya, belum lagi kalau yang rewel sama makanan nggak suka ini nggak suka itu," ungkap Andi. (zlf/lth)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP