Tapi mobil listrik membutuhkan dukungan infrastruktur agar bisa digunakan untuk perjalanan jauh sekalipun. Untuk itu, menurut Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, Indonesia lebih tepat menerapkan teknologi kendaraan hybrid terlebih dahulu. Sebab, mobil hybrid yang masih menggunakan mesin bakar tak memerlukan infrastruktur pengisian baterai.
"Kalau nanti langsung ke battery electric vehicle (mobil listrik murni bertenaga baterai) tanpa (adanya infrastruktur) fast charging, saya yang biasanya ke Bali 24 jam, bisa 3 hari kalau bawa kendaraan (listrik)," kata Putu di acara focus group discussion "Senjakala Industri Komponen Otomotif dalam Menghadapi Era Mobil Listrik di Indonesia" di Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan kalau ke depan memang tujuannya adalah battery electric vehicle (mobil listrik murni bertenaga baterai) mau fuel cell (mobil hidrogen) nanti industri kecilnya (industri kecil dan menengah komponen otomotif) memang harus mempersiapkan ke sana. Dari awal dikatakan ada masa transisinya. Jadi nggak langsung ke mobil listrik serta merta," sebut Putu.
Untuk saat ini, menurut Putu, kendaraan elektrifikasi lebih cocok digunakan di mobil-mobil penumpang. Kalau untuk kendaraan berat seperti truk, bus, atau kendaraan untuk pertambangan, sepertinya akan sulit menerapkan teknologi elektrifikasi.
"Berat baterai dengan lithium-ion itu beratnya 2 ton. Baterai doang. Coba bayangkan, menjalamkan truk di pertambangan itu agak sulit kalau masuk ke sana. Sehingga (kendaraan elektrifikasi) lebih banyak ke city car, dan sebagainya," kata dia. (rgr/dry)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah